Mungkin hanya sebagian dari teman-teman pembaca blog yang tahu, tetapi tanpa disadari masa penawaran Surat Berharga Syariah Negara (SBSN) atau yang lebih populer dikenal sebagai ‘SUKUK‘ telah berlalu tanggal 21 lalu. Saya pribadi merasa bahwa penawaran SUKUK ini kurang kencang ‘gaung‘-nya. Mengapa saya merasa demikian? Entahlah. Mungkin karena minggu lalu saya lebih banyak di luar negeri, atau karena orang-orang sedang konsentrasi kepada ‘hiruk-pikuk‘ finansial di negeri seberang, atau memang karena pada kenyataannya kurang ‘ramai‘ pemberitaannya.
SUKUK, bagi para teman-teman pembaca blog yang belum mengetahuinya, adalah obligasi negara yang memenuhi persyaratan prinsip Syariah Islam. Apa bedanya dengan obligasi negara biasa, seperti ORI misalnya?
Seperti kita tahu, obligasi ‘normal‘ seperti ORI memberikan hasil kepada para investornya dalam bentuk bunga. Pengenaan Bunga dalam prinsip syariah Islam dianggap sebagai peminjaman uang dengan riba, yang dilarang oleh agama. Dalam hal ini, SUKUK memberikan solusi/jalan utk ‘mengakali‘ batasan/halangan pengenaan riba. Bagaimana prakteknya?
—–oOo—–
SUKUK yang diterbitkan oleh pemerintah kemarin berjenis Ijarah, yang bisa dikatakan sebagai perjanjian Sale & Lease Back (Jual dan Sewa kembali). Untuk menerbitkan SUKUK, pemerintah mula-mula menyediakan sejumlah Asset. Asset ini lalu dianggap ‘dijual‘ kepada para pembeli SUKUK. Tentunya pemerintah lalu menerima uang dari hasil penjualan tersebut. Ini adalah komponen ‘Sale/Penjualan’ dari perjanjian ‘Sale & Lease Back’.
Lalu sebagai lanjutan dari transaksi di atas, seusai menjual asset-asset tersebut kepada para pembeli SUKUK, pemerintah langsung menyewa kembali asset-asset tersebut dari para pembeli SUKUK. Tentunya untuk ini pemerintah akan membayar uang ‘sewa‘ untuk asset-asset teserbut. Ini adalah komponen ‘Lease Back’ dari perjanjian ‘Sale & Lease Back’.
Lalu bagaimana dengan modal awal para pembeli SUKUK? Nantinya, sewaktu tanggal jatuh tempo SUKUK tiba, pemerintah akan membeli kembali asset-asset tersebut dari mereka. Tentunya dengan harga yang sama sewaktu mereka menjualnya (par).
Sebagai Ilustrasi tambahan, misalkan jika pemerintah adalah orang, penawaran SUKUK itu ibaratnya :
‘Begini, saya sedang butuh uang. Bagaimana jika saya jual TV saya (asset) sama kamu, Rp 1 juta. Tetapi habis saya jual, saya langsung menyewa TV tersebut sama kamu. Uang sewanya Rp 118 ribu setahun. Nanti, setelah 7 tahun, saya akan membeli kembali TV tersebut dari kamu, dengan harga Rp 1 Juta. Mau?”
Seperti kita lihat, dalam contoh di atas, secara ‘teknis’, tidak ada kata bunga karena yang terjadi adalah Sale & Lease Back (Jual & Sewa Kembali). Hasil yang diterima oleh para pembeli SUKUK, secara teknis, adalah uang sewa, dan bukan bunga.
—–oOo—–
Dalam penerbitan SUKUK RI yg pertama ini, ada 2 seri yang diluncurkan, yaitu :
- IFR-0001, tgl jatuh tempo 15 Agustus 2015 (7 tahun)
- IFR-0002. tgl jatuh tempo 15 Agustus 2018 (10 tahun)
Berapa ‘uang sewa’ yang akan diterima oleh para pembeli SUKUK? Bagaimana cara penentuannya?
‘Uang Sewa’ yang diterima oleh para pembeli Sukuk tersebut tergantung dari hasil ‘pelelangan’ (dalam tanda kutip). Sebagai ‘penyewa’, tentunya pemerintah akan mencari harga sewa yang termurah. Hasil ‘pelelangan’ dalam penjualan SUKUK kemarin:
- IFR-0001, Penawaran ’sewa’ yang diambil sebesar 11,80%.
- IFR-0002, Penawaran ’sewa’ yang diambil sebesar 11,95%.
Jika kita lihat, sebenarnya secara prinsip, ’sewa’ dalam SUKUK tiada bedanya dengan bunga dari obligasi biasa, sehingga para teman-teman investor yang tertarik untuk membeli obligasi, tidak perlu terlalu bingung.
‘Sewa’ dari SUKUK ini akan dibayarkan setiap 6 bulan sekali, yaitu setiap tanggal 15 Februari dan 15 Agustus. Nilai dari setiap lembar SUKUK tidak berbeda dengan ORI, yaitu Rp 1 juta per lembar.
—–oOo—–
Sebagai instrumen investasi, bagaimana daya tarik SUKUK yang kemarin diluncurkan? Apakah cukup atraktif?
Dilihat dari segi yield/hasil, maka tingkat 11,80% (7 tahun) dan 11,95% (10 tahun), mungkin bisa dikatakan ’sejajar’ dengan ORI 5 yg 11,45%.
Bagi sebagian pembaca, mungkin angka-angka di atas sekilas terlihat tidak menarik, terlebih dengan ramainya bunga deposito di bank saat ini yang sudah mencapai 12-13%, hanya untuk penempatan 3-6 bulan. Tetapi perlu juga dipertimbangkan bahwa :
- Bunga obligasi seperti ORI dan SUKUK adalah ‘terkunci’ selama masa berlakunya obligasi. Artinya, jika misalkan 2-3 tahun lagi, suku bunga di negara kita turun hingga misalnya menjadi 7-8%, bunga obligasi spt ORI dan SUKUK tidak berubah dan kita akan tetap menikmati suku bunga yg 11%++ itu.
- Tingkat keamanan dari ORI dan SUKUK lebih tinggi dibandingkan dengan tabungan ataupun deposito, terlebih lagi jika bunga deposito tersebut di atas suku bunga wajar LPS sehingga tidak dijamin oleh pemerintah.
Untuk teman-teman yang tertarik dengan instrumen SUKUK, bisa menghubungi 3 agen penjual SUKUK yang ditunjuk pemerintah, yaitu Danareksa Sekuritas, Mandiri Sekuritas, dan Trimegah Securities.
Akhir kata, mungkin perlu diingat bahwa instrumen obligasi negara seperti ORI dan SUKUK pun tetap memiliki resiko. Bagi teman-teman yang belum mengerti mengenai instrumen obligasi, bisa mencoba membaca artikel lama saya yang ini dan ini.
25 Comments
September 24, 2008 at 4:13 PM
om.. nanya aja.. apakah aset tersebut terikat dengan sukuk tsb?
kalo emang terikat, artinya resiko gagal bayar lebih rendah dari pada ori…
pikiran gw sih, kalo pemerintah indonesia bangkrut… pemegang ori gigit jari, tapi pemegang sukuk bisa bagi-bagi aset yg terikat dengan sukuk…
apakah begitu? mohon pencerahannya..
thanks
September 24, 2008 at 5:54 PM
wah bung ini SUKUK retail ya?
Saya pernah dengar pemerintah akan mengeluarkan sukuk retail sebelum tahun 2009, tapi saya tidak pernah dengar kapan masa penawarannya.
Baru tau klo penawaran sudah selesai tgl 21 kemarin. Lagi pengen invest di Obligasi nih… Karena saat ini instrumen invest saya 100% saham.
Baru selesai baca bab 4 bukunya Benjamin Graham, jadi pgn beli obligasi.
September 24, 2008 at 6:00 PM
Maaf baru dapat info, ternyata Sukuk Ijarah beda dengan Sukuk Retail. Yang retail belum diterbitkan.
Pemerintah memprioritaskan penerbitan sukuk jenis ijarah pada tahun 2008 sementara untuk sukuk retail kemungkinan baru dapat diterbitkan pada 2009. “Sukuk retail mungkin tahun depan. Kan harus bertahap tidak bisa langsung menerbitkan berbagai instrumen sukuk dalam waktu yang bersamaan. Kita prioritaskan tahun ini adalah ijarah yang berbasis aset,” kata Dirjen Pengelolaan Utang Depkeu, Rahmat Waluyanto, di Jakarta
September 24, 2008 at 6:02 PM
Kayaknya bukan sukuk retail deh , secara yg saya tahu tuk retail terbit semester pertama 2009, om edisson …memang kita bisa beli ini sukuk?? gimana caranya , yg saya tahu nih sukuk cuma buat istitusi doang dg minimum pembelian 1 miliar CMIIW , moho pencerahannya ???
September 25, 2008 at 7:03 AM
Yg dijadikan aset adalah tanah dan bangunan milik negara yg nilainya Rp18 triliun lebih.
“Meski tanah dan bangunan dijadikan aset, dalam penerbitan sukuk tersebut tidak terjadi perpindahan kepemilikan underlying asset. Yang terjadi hanya perpindahan hak manfaat dalam kurun waktu tertentu yakni, menyewakan atau memindahkan hak manfaat sementara waktu.”
http://www.djkn.depkeu.go.id/index.php/20080506581/Berita-DJKN/Aset-Tanah-dan-Bangunan-Negara-Senilai-Rp188-Triliun-Jadi-Jaminan-Penerbitan-Sukuk.html
*Bro..gimana bikin hyperlinknya?
September 25, 2008 at 8:24 AM
itu sudah keluar hyperlinknya
btw, thx utk infonya.
Memang sepertinya aturan dari SUKUK al ijarah ini juga belum baku dan masih jadi perdebatan. Kalau yang saya baca dahulu, harus ada perpindahan hak milik atas asset.
Tetapi setelah membaca link yg bro kasih, saya ada coba riset lagi. Dan ternyata di http://www.sukuk.net/news/newsfull.php?newid=7158 ada dituliskan bahwa:
“These are sukuk that represent ownership of equal shares in a rented real estate OR the usufruct of the real estate. ”
Jadi ternyata memang yg bisa dijual itu bukan hanya fisik dari aset, tetapi bisa juga usufruct dari asset tersebut, seperti keterangan dari DepKeu yg bro share itu.
Meskipun demikian, seharusnya tetap ada konsekuensi pajak ya? Karena perpindahan hak milik apapun tetap ada pajak… menjual jasa saja terkena PPN..
Terlebih lagi di sini ada unsur sewa-menyewa… yg seharusnya juga terkena pajak…
Tapi memang peraturan pajak kita carut-marut. Ganti presiden ganti peraturan.
Pengalaman pribadi saya di kawasan khusus Batam misalnya, aturan pengenaan PPN diganti-ganti…
September 25, 2008 at 10:18 AM
mengenai pajak ini, memang saat ini AFAIK terjadi pajak ganda terhadap sukuk ini…
sempet liat acara metrotv pas jam sahur (4.00) yg selalu bahas tentang hal yg berhubungan dengan ekonomi syariah… disitu dijelasin bahwa memang UU yg ada sekarang bikin double tax…
RUU-nya lg digodok supaya cepet keluar… biar orang luar (terutama Timur Tengah) mau ambil sukuk di sini…
September 25, 2008 at 11:49 AM
Maksudnya bikin link yg teksnya bisa kita ganti..biar gak kepanjangan (seperti yg di kaskus itu lho..)
Itulah kalau presidennya…ganti-ganti…
Maksudnya bukan gak boleh ganti presiden (harus malah, apalagi kalau memang ’sudah waktunya’) tapi mbok ya peraturan yg sudah bagus (itu kalau memang sudah bagus ya..) jangan diganti seenak udelnya saja..(udelnya sih sudah pasti gak enak… ;p ).
September 25, 2008 at 1:29 PM
Kalau pemerintah ingin melunasi ORI/SUKUK sebelum jatuh tempo, bagaimana mekanisme harganya ? Apakah mengikuti harga pasar (lelang)
ataukah sebesar nominal surat berharga tersebut.
Trim’ s atas responnya.
September 25, 2008 at 4:40 PM
iya, sukuk sepertinya kurang promosi.
October 22, 2008 at 8:56 AM
memang dJJI sudah memberi panduan kepada manusia bahwa kita-kita akan mengangap bahwa jual beli dan riba sama, padahal riba haram dan jual beli halal, perbedaannya adalah akadnya seperti yang tertera di : Al-Baqarah(2) : 275 “Orang-orang yang makan (mengambil) riba[174] tidak dapat berdiri melainkan seperti berdirinya orang yang kemasukan syaitan lantaran (tekanan) penyakit gila[175]. Keadaan mereka yang demikian itu, adalah disebabkan mereka berkata (berpendapat), sesungguhnya jual beli itu sama dengan riba, padahal Allah telah menghalalkan jual beli dan mengharamkan riba. Orang-orang yang telah sampai kepadanya larangan dari Tuhannya, lalu terus berhenti (dari mengambil riba), maka baginya apa yang telah diambilnya dahulu[176] (sebelum datang larangan); dan urusannya (terserah) kepada Allah. Orang yang kembali (mengambil riba), maka orang itu adalah penghuni-penghuni neraka; mereka kekal di dalamnya.” dan
dalam prinsip syariah sebenarnya ada rasa tenggang rasa dengan memberi penangguhan masa pembayaran hutang bahkan lebih baik lagi kalau kita sedekahkan, sehingga akan memberi pahala bagi kita seperti Q.S Al-Baqarah(2) : 280 “Dan jika (orang yang berhutang itu) dalam kesukaran, maka berilah tangguh sampai dia berkelapangan. Dan menyedekahkan (sebagian atau semua utang) itu, lebih baik bagimu, jika kamu mengetahui.” hanya mungkin yang perlu diperhatikan(ditekankan) adalah implementasi kita dalam menjalankan prinsip-prinsip syariah tersebut.
October 23, 2008 at 7:11 AM
ya kalau perbandingan seperti itu saya nggak ambil dua-duanya, karena walaupun katanya syariah kalau ambil 100% itu sudah dhalim n tidak sesuai syariah lagi.
sebisa mungkin ya tidak ambil utang, yang penting berkah asal masih bisa makan.
tetapi kalau beda sedikit walaupun kelihatan lebih ‘rugi’ yang syariah saya ambil yang syariah karena prinsip dasarnya pada akadnya.
Saya sendiri alhamdulillah punya pengalaman dimana teman-teman saya selalu beranggapan bahwa menggunakan syariah lebih mahal, prosesnya lebih sulit, akhirnya kembali lagi pada sistem riba, sementara kalau saya memang sudah mempunyai prinsip berusaha menhindari (di dunia hidup hanya sbentar saja), tapi aJJI selalu memberi jalan keluar yang tidak disangka dan nilainya selau pas dengan kebutuhan yang saya inginkan, saya butuh 15 juta ada yang memberi 15 juta, saya butuh 120 juta ada yang memberi sejumlah tersebut. dan ini sesuai dengan sesuai dengan Q.S Ath-thalaaq(65) : 2 “……. Barangsiapa bertakwa kepada Allah niscaya Dia akan mengadakan baginya jalan keluar ” disambung Q.S Ath-thalaaq(65) : 3 “Dan memberinya rezki dari arah yang tiada disangka-sangkanya. Dan barangsiapa yang bertawakkal kepada Allah niscaya Allah akan mencukupkan (keperluan)nya. Sesungguhnya Allah melaksanakan urusan yang (dikehendaki)Nya. Sesungguhnya Allah telah mengadakan ketentuan bagi tiap-tiap sesuatu”. yang penting kita yakin dan berserah diri dengan aturan-aturan yang dikatakan aJJI.
Dan kejadian2 ini sungguh sering terjadi kepada orang2(yang saya kenal baik langsung walaupun cerita melalui ‘guru2′ saya) yang selalu berpegang teguh dan yakin kepada jalanNya
October 23, 2008 at 8:32 AM
Mungkin di sini, ada baiknya kita menyamakan persepsi terlebih dahulu tentang Riba.
Sebagai contoh, ketika saya ingin berdiskusi dengan seseorang tentang “Investasi”, saya akan selalu mencoba menyamakan dahulu dengan teman diskusi saya apa arti dari kata “Investasi”. Jika batasan saya tentang ‘investasi’ berbeda dengan teman diskusi saya, maka tentunya diskusi akan sulit berjalan..
Nah, dalam hal ini, pertanyaaannya adalah “Apakah itu Riba?” Kebanyakan orang akan langsung menjawab ‘bunga’. Tetapi apakah itu tepat?
Permasalahannya, adalah definisi dan batasan ‘Riba’ itu sendiri masih diperdebatkan di antara cendekiawan muslim. Tentunya sebagai non-muslim, mungkin saya bukan orang yang tepat utk mencoba menelaah arti “Riba” dalam Islam.
Tetapi saya ingin sharing satu artikel yang saya temukan, mungkin bisa bro baca. Artikel itu ditulis oleh Dr. Ahmad Shafaat. Ini linknya : http://IslamicPerspectives.com
Mungkin setelah membaca artikel tersebut, bro akan melihat perspektif baru tentang “Apa itu Riba”.
November 22, 2008 at 9:42 PM
maaf pak edi, saya ingin tahu dimana & cara membeli obligasi di pasar sekunder dan min. belanjanya berapa ya? br ngeh sama obligasi dan pak edi membuat saya byk belajar ttg investasi yg satu ini.
November 24, 2008 at 1:17 PM
Kalau utk membeli obligasi perusahaan di pasar sekunder, bisa lewat perusahaan sekuritas. Tetapi utk investor biasa, saya tidak terlalu menyarankan utk invest di obligasi perusahaan secara langsung, karena ini membutuhkan analisa terlebih dahulu.
Kalau utk ORI, lewat agen penjual ORI. Minimumnya akan berbeda-beda tergantung agen penjualnya.
Cara lainnya? Lewat Reksadana Obligasi (Pendapatan Tetap). Ini nominal minimumnya akan lebih kecil
December 12, 2008 at 3:00 PM
pak, mau tanya..
dlm wktu dekat ini pemerintah akan menerbitkan sukuk global..
mengingat kondisi ekonomi saat ini yg masih dlm keadaan krisis,
apakah keuntungan dlm berinvestasi di sukuk jika dibandingkan dengan instrumen keuangan yg lain??
terima kasih
December 13, 2008 at 2:08 PM
kemarin itu kalau tidak salah, rencananya sukuk utk investor retail dikeluarkan thn 2009…. tapi dengan perkembangan sekarang, entah ada perubahan atau tidak…
Kalau dari segi investasi, keuntungan berinvestasi di SUKUK terbitan pemerintah adalah sama saja dengan keuntungan berinvestasi di ORI… Waktu itu saya sempat mendengar (entah benar atau tidak, karena saya pribadi tidak terlalu mendalami masalah ini) bahwa SUKUK tidak boleh diperjual-belikan. Kalau ini benar (tetapi sejujurnya saya ragu bahwa ini benar), maka berarti aturan mainnya beda
Di luar dari itu, perbedaannya SUKUK dengan ORI hanya masalah ’spiritual’ saja
December 13, 2008 at 3:12 PM
Yup bung pemerintah mau mengeluarkan sukuk retail Februari thn 2009
January 7, 2009 at 2:50 PM
just want to share:
berita sukuk retail yg bakal keluar tgl 25 februari, dgn masa penawaran 6 – 20 februari, dikutip dr inilah.com
“ia menyebutkan sukuk ritel perdana yang diterbitkan memiliki tenor (jangka waktu) 3 tahun (jatuh tempo 25 Februari 2012) dengan nominal per unit Rp 1 juta.
Minimum pembelian sebesar Rp 5 juta dan kelipatannya serta tidak ada batas maksimum pembelian. Tanggal penjatahan akan dilakukan 23 Februari 2009, dan pencatatan di bursa pada 26 Februari 2009.
Tingkat imbal hasil akan ditentukan satu hari sebelum tanggal penawaran. Imbal hasil itu akan dibayarkan secara bulanan (tiap tanggal 25).”
“Sementara agen penjual terdri dari 13 perusahaan, yaitu empat bank umum konvensional, satu bank umum syariah, dan delapan perusahaan efek.
Bank umum konvensional dimaksud adalah Bank Mandiri, Citibank, HSBC, dan BII. Bank Umum syariah adalah Bank Syariah Mandiri. Sedangkan perusahaan efek adalah Danareksa Sekuritas, Trimegah Securities, Andalan Artha Advisindo Sekuritas, Reliance Securities, Anugerah Securindo Indah, Bahana Securities, dan BNI Securities.”
now, the questions are, klo mo beli sukuk ini bisa lsg memesan misalnya lwt bank syari’ah mandiri ??? trus, kira2 tingkat sewanya (bunganya klo dlm ORI) apakah bakal sebesar sukuk ijarah yg bulan september lalu yg 11,90% ???
ayo di analisa pak edison… ini slh satu instrumen investasi lumayan…. thx sebelumnya
January 14, 2009 at 9:44 AM
iya.. setuju.. pengen tau analisanya.. kalo ga salah baca bro edison pernah naksir bunga ORI 5 sebelum keluar dari hasil pelelangan SUN, kenaikan suku bunga de el el. SUKUK yang mo keluarnya gimana nih? Kalo ga salah juga, jaminannya gelora bung karno, tempo 3 tahun. namun pemerintah ga targetin berapa dia butuhnya, tergantung penyerapan agen penjual (mohon koreksi kalo salah informasi). pertanyaanku, kalo dana yang diperoleh lebih besar dari nilai gelora bung karno, apa akan ada penambahan agunannya?
dengan pengenaan pajak pada obligasi n suku bunga turun, apa obligasi (baik ORI maupun korporat) dan reksadana pendapatan tetap ataupun yang berbasis obligasi akan menarik? apalagi kalo direksadana dikenakan fee (custody, management, de el el). oper saham….? lagi ambruk juga. adakah pilihan lain bagi investor untuk mengalahkan inflasi?
January 14, 2009 at 11:28 PM
Denger dari orang DSN-nya:
diusahakan rate of return nya lebih besar dari deposito.
Kalo emang penawarannya lebih besar dari nilai Gelora Bung Karno, dan pemerintah mau menyerap semua penawaran itu, harusnya ada penambahan agunan. Kalo g ada, ntar akadnya bisa dianggap ga sah secara syariah. CMIIW
February 6, 2009 at 5:11 PM
mau nanya nih tentang sukuk,,asset yang diberikan pemerintah untuk sukuk tsb seperti apa??ketika pemerintah membeli kembali apa tidak di hitung biaya amortisasi atas asset itu?klo memang tidak dihitung, beruntung juga yang invstasi sukuk
February 21, 2009 at 4:35 PM
maaf nih om…
klo saya mo ambil judul skripsi ttg sukuk ritel tsb, kira2 bahan ap/judul yg tepat untuk itu.
thanks b4…
February 22, 2009 at 5:48 PM
Kalau saya pribadi, mungkin cenderung berpendapat bahwa materi SUKUK Ritel mungkin terlalu ’sempit’ utk jadi bahan skripsi. Ini karena SUKUK Ritel masih ‘baru’, dan belum tahu bagaimana perkembangannya… Mungkin materi pembahasannya akan cukup jika membahas masalah akad syariah yg dipakai dalam penerbitan SUKUK Ritel, tetapi kalau dalam imaginasi saya, nantinya pembahasannya cenderung lebih ke arah topik ‘agama’ dan bukan fokus ‘ekonomi’…
Jika fokusnya ekonomi, mungkin saya akan lebih senang menulis tentang ORI karena ‘materi’nya lebih banyak. Atau bisa juga mengembangkan topik tersebut sedikit menjadi Obligasi Negara Ritel… Jadinya bisa membahas ORI dan SUKUK. Apa yg ingin dibahas? Mungkin bisa kaitannya dengan korelasi yield ORI dengan suku bunga SBI.. atau kaitan pergerakan bursa dengan harga ORI… dll…
Tetapi sekali lagi, itu cuma murni opini saya….
Kalau soal judul skripsi… saya cuma bisa bilang….yang pasti jangan “Kasak-Kusuk SUKUK”…
Pertama karena rasanya kurang formil sebagai judul skripsi…dan yang kedua jika dosen anda iseng ‘googling’…bisa-bisa anda kena masalah…hahaha
June 22, 2009 at 4:11 PM
mas yg juga mau bertanya..
dalam sukukk IFR-0001 atau yg 2
asetnya apa ya?
soalnya saya cari-cari kok tidak ada yg menyebutkan..
lalu klo seandainya negara gagal bayar
BMN kan tidak boleh disita
apa yg dapat dilakukan investor?
mas, ijarah itu bukannya cuma sewa menyewa
koq tiba-tiba ada jual segala?
maksudny bagaimana?
thanks mas…