September 20, 2008...10:17 AM

B.B: Program ‘Bailout’ Amerika, Hot Gates ala Dunia Finansial

Jump to Comments

Saya rasa sebagian pembaca blog akan agak bingung membaca judul artikel saya hari ini. Apa itu Hot Gates? Teman-teman pembaca yang telah menonton film ‘300‘ mungkin akan tahu apa yang saya maksud. Film ‘300‘ bercerita tentang pertempuran antara Leonidas, raja Sparta (Yunani) melawan Xerxes, raja Persia yang ingin menaklukkan Yunani. Pertempuran ini terjadi di Hot Gates of Thermopylae. Dalam film tersebut, meskipun akhirnya kalah, Leonidas yang hanya bermodalkan 300 orang prajurit Sparta sempat membuat Xerxes dan pasukannya yang berjumlah jutaan ‘sakit kepala‘.

Program ‘Bailout’ (Penyelamatan) pemerintah Amerika kemarin (19 Sept) mengingatkan saya akan film ‘300′ ini. Masalahnya cuma satu, saya tidak tahu apakah pemerintah Amerika, dalam film’300′ versi dunia finansial ini, berperan sebagai Leonidas atau Xerxes….

PS: Rencana pembelian asset yang terkait dengan Subprime Mortgage ini baru berbentuk rencana dan masih harus disetujui oleh badan Legislatif Amerika. Meskipun demikian, para pengamat politik memperkirakan bahwa kemungkinan rencana ini disetujui cukup besar, mungkin sekitar 80%.

—–oOo—–

Sejujurnya, rencana program ‘Bailout’ yang direncanakan pemerintah USA kali ini begitu ‘dashyat’, sehingga saya tidak tahu bagaimana harus menanggapinya. Pertama-tama, pemerintah USA berencana membeli asset-asset yang terkait dengan krisis subprime mortgage Amerika yang dimiliki oleh berbagai perusahaan Finansial. Pembelian ini akan dilakukan dengan sistem lelang Dutch Auction, dimana oenjual  yang menawarkan diskon paling besar (harga paling murah) yang akan ‘menang’ dan dibeli assetnya.

Rencana ini paling tidak akan menghabiskan dana yang jumlahnya mencapai ratusan Milyar dollar (Ratusan Triliun). Jika ini dijalankan, berarti total dana yang telah dikucurkan oleh pemerintah USA untuk berbagai program ‘Bailout’ di tahun ini bisa mencapai bilangan Triliun Dollar. Dalam Rupiah? Quadrillion (Saya baru googling istilah ini).

Selain rencana di atas, pemerintah USA juga melakukan pelarangan praktek Short Sell untuk 799 saham perusahaan finansial.  Saya sendiri baru tahu pelarangan ini agak terlambat karena seharian asyik ‘nongkrong’ di Orchard Road, Singapore. Baru ketika tengah malam saya login ke account brokerage yang saya pakai, saya dikejutkan oleh pengumuman di bawah ini (klik utk zoom/perbesar):

Uncle Sam membuat saya kaget

Uncle Sam membuat saya kaget

Pelarangan praktek short sell ini akan berlaku hingga tanggal 2 Oktober, dan SEC mengatakan bahwa jika dirasakan perlu akan diberlakukan perpanjangan 10 hari, dengan batas maksimum hingga 30 hari Pelarangan Short Sell ini juga dilakukan oleh badan FSA Inggris utk 32 saham finansial yang berbasis di Inggris, yang akan berlaku selama 4 bulan

—–oOo—–

Terlepas dari apakah rencana Bailout ini akan sukses ataupun tidak, satu hal yang pasti adalah bahwa perkembangan terakhir ini merupakan satu titik penting dalam cerita krisis Subprime dan krisis kredit global yang sedang kita alami saat ini.

Logika dasar dari rencana bailout ini adalah pemerintah USA mengharapkan bahwa dengan program pembelian Asset Mortgage ini, maka industri finansial akan kembali lancar mengucurkan kredit KPR, dan bunga KPR akan bisa turun. Dengan bunga KPR yg lebih rendah ini, diharapkan para pembeli akan mulai ‘masuk’ sehingga bisa mendongkrak harga properti.

Sementara itu, dengan pelarangan Short Sell, diharapkan harga saham perusahaan finansial tidak ‘tertekan’ lagi, sehingga jika dibutuhkan, perusahaan-perusahaan tersebut bisa lebih mudah memperkuat permodalannya (misalnya dengan penerbitan saham baru).

Dari sisi krisis di sektor properti, saya sendiri berpendapat yang mengatakan bahwa kemungkinan besar program Bailout ini hanya akan bisa menahan penurunan harga, tetapi tidak bisa mengangkat harga sektor properti. Mengapa demikian?

Salah satu alasan utama mengapa sektor properti Amerika melonjak drastis beberapa tahun lalu adalah karena adanya unsur ‘euphoria’ dan faktor spekulasi yang tinggi. Setelah masyarakat USA merasakan ‘tersengat’ oleh krisis Subprime ini, meskipun kondisi sektor properti kemungkinan besar akan membaik, saya ragu bahwa sektor properti akan kembali ‘marak’ seperti dahulu.

Memang akan ada pembeli yang masuk akibat bunga KPR yg saya perkirakan akan turun, tetapi saya rasa jumlahnya tidak akan mampu mendongkrak harga sektor properti dalam jangka waktu dekat, terlebih lagi mengingat banyaknya properti yg ‘numpuk’ di pasar. Dengan adanya pengaruh tingkat pengangguran yg naik akhir-akhir ini dan juga beban ekonomi akibat inflasi, kemungkinan besar membeli rumah bukan prioritas utama bagi masyarakat USA.

Para perusahaan finansial yang bertindak sebagai pengucur kredit KPR pun saya rasa tidak akan gegabah lagi seperti dulu dalam memberikan KPR. Mereka mungkin akan mau memberikan kredit KPR dengan bunga rendah, tetapi hanya kepada orang-orang yg kondisi ekonominya bagus. Jadi penurunan bunga kredit ini tidak akan dinikmati oleh semua orang dan pengucuran kredit KPR pun akan disertai dengan persyaratan yang ketat, berbeda dengan kondisi dahulu dimana setiap orang (tanpa memperdulikan kondisi ekonominya) bisa mendapatkan KPR.

—–oOo—–

Lalu bagaimana dengan pengaruh pelarangan short sell saham sektor finansial?

Jika dilihat sekilas, untuk jangka waktu dekat, mungkin ini akan bisa membatasi gerak para spekulator yang ikut menekan harga saham finansial. Meskipun demikian, firasat saya mengatakan bahwa untuk jangka waktu panjangnya, tindakan drastis ini dalam jangka panjang akan ‘dibayar’ mahal oleh para pelaku pasar. Mengapa demikian?

Perlu kita ingat bahwa arus spekulasi di pasar itu 2 arah. Dalam kondisi saat ini, memang para spekulator dengan aksi spekulasinya ikut menekan kondisi di bursa saham. Tetapi kita tidak boleh lupa bahwa ketika pasar sedang ‘cerah’, aksi spekulasi para spekulator juga ikut ‘mengatrol’ bursa saham secara besar-besaran. Mengutip sebuah iklan, jika spekulasi ‘turun‘ dilarang, tetapi spekulasi ‘naik‘ dibiarkan bebas, apa kata dunia?

Memang dalam kasus ini perlu kita ingat bahwa pelarangan spekulasi ‘turun’ hanyalah berlaku sementara. Tetapi saya merasa bahwa tindakan drastis semacam ini bisa memberikan ‘pesan’ yang salah kepada para pelaku pasar.

Bagi para investor saham, perlu kita ingat bahwa pada akhirnya, harga saham itu akan merupakan cerminan dari kondisi perusahaan tersebut. Sektor finansial dalam beberapa tahun terakhir sebelum krisis ini menikmati keuntungan yang sangat besar dari subprime mortgage dan pasar derivatif. Setelah kasus ini, keuntungan fantastis semacam ini kemungkinan tidak akan terulang lagi.

PS: Satu skenario ‘lucu’ yang terlintas di kepala saya, jika perusahaan finansial benar-benar menjual asset subprime mortgagenya dengan diskon besar-besaran kepada pemerintah, maka mereka harus merealisasikan kerugian yang besar (Realized Loss). Saat ini, kerugian mereka hanya ‘di atas kertas’ (Unrealized Loss) dan masih bisa berharap (atau berangan?) di kemudian hari nilai asset itu akan naik kembali.

Bagaimana jika akibat hal di atas, bukannya berlomba-lomba menjual asset tersebut kepada pemerintah, para perusahaan finansial malah saling tunggu? (‘Ah, biar dia saja yang jual rugi. Saya tahan dulu, siapa tahu setelah pemerintah campur tangan seperti ini, subprime mulai hidup lagi sehingga saya tidak perlu rugi banyak jualnya’). Lucu bukan kalau ini benar terjadi?

—–oOo—–

Lalu bagaimana dampak dari perkembangan terakhir ini?

Dalam kasus ini, saya hanya akan membahas satu hal yang menurut saya rentan terjadi, yaitu penurunan nilai dollar terhadap mata uang utama lainnya. Apa alasannya saya berpendapat bahwa dollar rentan mengalami penurunan?

Seperti yang saya tuliskan di awal artikel, berbagai macam bentuk program bailout pemerintah USA yg telah dijalankan selama (plus rencana yg baru ini) akan bisa menelan biaya hingga mencapai 1 Trilliun Dollar, yang sebagian besar akan dikucurkan dalam bentuk kas. Pengucuran dana dalam jumlah maha dashyat ini mau tidak mau akan ‘membanjiri’ pasokan US$, sehingga ada kemungkinan dollar US$ akan melemah terhadap mata uang utama lainnya.

Tetapi perlu diingat, seperti yang saya tulis dalam artikel Forex Trading: Kasino Legal Indonesia, mencoba memperkirakan pergerakan harian kurs itu ibaratnya bermain tebak-tebakan lempar koin. Bisa jadi ‘kasino’ ini akan beraksi dengan cara yang di luar perkiraan saya tersebut.

Jika ‘tebak-tebakan‘ saya di atas benar, maka kemungkinan besar kita akan melihat harga komoditas bergerak naik untuk mengantisipasi pelemahan US$.

8 Comments

  • Utk minggu ini, artikel seri Edison’s Week in Review ditiadakan ya, karena sudah digantikan oleh artikel seri B.B ini. Maklumlah, suasana liburan, jadi agak kurang produktif menulis… hahahaha

  • wah.. manusia satu ini, maen kutip “hot gate 300″ gw tanpa ampun.

    lu gak “lari” ke singapore gara-2 insiden di mu.cafe minggu lalu kan? ha.. ha.. ha..

    hmm.. di luar itu, top banget ulasannya. titip buku “Deepak Chopra” yah kalo ada marjin pengaman eh diskon..

  • Pak, Om, :)

    Kalo untuk saat ini yang paling cocok keep dalam bentuk cash ato spend stock ato reksadana? Ato malah ORI :)

    Bingung :(

    Trims.

  • Singkatnya, tekanan di lantai bursa akan berkurang. Tapi naiknya ya lihat nanti.

  • yg pasti krisis sebesar ini g akan berlalu dg begini cepat :(
    udah ketularan jd orang pesimis,xixixixixix

  • Om, pasar financial kan pasar yang paling liberal, kok sekarang minta tolong sama pemerintah si, ga konsisten nih…
    mungkin krisis properti ini emang penyesuaian oleh “pasar” karena harga-harga kemaren kelewat tinggi…
    nih invisible hand’nya bekerja, jangan digangu, tunggu aja tar juga naik sendiri kok, pertanyaannya cuma berapa lama?
    lagian kalo di bantu kaya gini, bukanya malah nimbulin moral hazard ya, besok2 kalo harganya naik lagi, ngulang kesalahan yang sama deh, kan ada pemerintah yg nge’billout..
    berita terbaru si katanya billout’an-nya ditolak, nih emang orang US bener2 percaya bgt ma pasar, atau malu merevisi kepercayaannya terhadap pasar bebas…
    btw, ga bs short selling ya om, ga jadi untung gede deh,hehhehehe…

  • Om, ternyata dollarnya gak turun, malahan menguat…
    Ternyata gara2 pemerintah butuh dollar cash, semau dollar ditarikin tuh dari pasaran luar negeri.
    Jadinya langka di pasar, trus naik..
    Nyesel kemarin2 gak beli dollar….
    hiks hiksss…

  • @ Banggery

    Kalau kita bicara Dollar melemah atau menguat, tentunya harus dilihat dlm konteks terhadap apa. Sejak artikel ini ditulis, dollar terus melemah terhadap Yen. Kalau begitu, bukankah banggery seharusnya lebih menyesal lagi tidak beli Yen? :)

    Tetapi ‘tebak-tebakan’ yang saya tulis dalam artikel ini, adalah lebih kepada jangka panjang dan bukan berbicara jangka waktu beberapa bulan. Itupun saya menulis bahwa ini hanya ‘tebak-tebakan’ dan bukan analisa, karena saya pribadi tidak tertarik utk mencoba analisa ‘forex’.

    Meskipun demikian, perlu saya tambahkan, memang ada satu hal yang tidak saya perkirakan yaitu :

    Saya tidak menyangka bahwa bank-bank akan ‘menelan sendiri’ kucuran uang yang begitu besar tanpa disalurkan ke masyarakat, paling tidak hingga hari ini.

    Akibatnya kucuran uang dari pemerintah itu ‘terhenti’ hingga di sektor perbankan saja dan tidak sampai ke perekonomian riil. Mungkin ini yang menyebabkan pelemahan dollar yang saya takutkan itu belum terjadi.


Leave a Reply