article by Alina
Minggu lalu Saya berkesempatan melakukan kunjungan ke salah satu raksasa Asia, India (jumlah penduduk melebihi 1 milyar jiwa). Kunjungan dilakukan di kota Mumbai. Kota yang dulunya bernama Bombay merupakan kota dengan jumlah penduduk tertinggi di India, sekitar 12 juta jiwa (2005).
Ini merupakan pengalaman pertama Saya ke India, kesan pertama ketika menginjakkan kaki di Mumbai adalah bau yang tidak enak, yup di kota ini tercium bau khas yang menurut hidung Saya tidak enak (mungkin untuk penduduk asli, bau khas ini merupakan bau yang enak).
Kunjungan Saya ke sana merupakan kunjungan kerja unuk mengetahui perkembangan pasar modal di India. Mungkin beberapa pembaca blog sudah mengetahui jika India memiliki 2 bursa efek (yaitu National Stock Exhange dan Bombay Stock Exchange (seperti Indonesia dulu punya Jakarta Stock Exchange dan Surabaya Stock Exchange).
Kedua bursa ini memiliki total Investor pasar modal kurang lebih 10 juta jiwa (1% dari jumlah total penduduk India), bandingkan dengan jumlah Investor pasar modal di Indonesia yang hanya kurang lebih 300 ribu jiwa (0.12% dari total penduduk Indonesia).
—00O00—
Dengan jumlah Investor sebanyak itu, kepemilikan asing di pasar modal India sebesar 30%, di Indonesia kepemilikan asing mencapai 65%. Pasar modal India tidak terlalu khawatir Investor asing akan melakukan rush atau penarikan dan besar-besaran dari pasar modalnya, karena adanya dukungan Investor lokal yang besar.
Dari data jumlah Investor ini saja kita bisa menyimpulkan bahwa pasar modal Indonesia masih bisa jauh berkembang (dalam segi jumlah Investor). Ketika jumlah Investor pasar modal di Indonesia berkembang mencapai jumlah sekitar 1% dari jumlah total penduduk, tentunya IHSG juga berkembang jauh.
Dan ketika jumlah Investor Indonesia semakin banyak, diharapkan kepemilikan Investor lokal bisa melebihi kepemilikan Investor asing. Kita pun tidak perlu lagi khawatir Investor Asing melakukan aksi rush besar-besaran kita indeks sedang mengalami trend penurunan.
Hal yang membuat saya paling berkesan dari pasar modal India adalah mengenai keterbukaan informasi kepada Investor yang bisa menimalisir segala kecurangan yang mungkin terjadi. Hal ini masih menjadi PR bagi pasar modal Indonesia. Semoga pasar modal kita nantinya bisa berkembang menyamai atau bahkan melebihi pasar modal India.
18 Comments
August 18, 2009 at 3:23 PM
Wah udah hebat ya perkembangan pasar modal di India!! Kapan ya kita bisa kayak gini??
August 18, 2009 at 4:56 PM
Nice article, lin. Keep up the good work
August 18, 2009 at 8:40 PM
Bung edison kok dah lama y ga nulis ? why ?
August 22, 2009 at 11:40 AM
Iya nih, kangen sama tulisannya bung Ed. Apalagi nggak ada ide nih ?? Tidak harus artikel ttg investasi khan bung ? Bisa juga review tentang market selama seminggu atau sebulan dan strategi apa yang harus diambil (menurut versi bung Edison) Jgn malu2 bung, belum tentu juga kita laksanakan (he..he..bercanda)
August 22, 2009 at 1:46 PM
iya setuju dengan Oscar & Madabu, kangen dengan tulisan bro Edison
August 18, 2009 at 9:07 PM
hebat india euy
apakah industri perfilman disana masuk pasar modal ato ga ya
August 18, 2009 at 11:40 PM
pasar modal kita memang masih kalah, semoga kita bisa mengejarnya.
August 20, 2009 at 2:00 PM
Mungkin karena banyak orang kita yang belum mengerti mengenai investasi atau pasar modal sebagai tempat berinvestasi. Kalau saya berdiskusi dengan beberapa teman di kantor atau lingkungan lainnya (dan rata-rata berpendidikan tinggi), banyak yang menganggap bursa saham seperti kasino dan investasi di bursa saham seperti bermain judi.
August 21, 2009 at 11:35 PM
Kalo IHSG naik bukannya P/E ratio jadi tinggi, nilai IHSG tidak sesuai dg fundamental ekonomi, yang ada investor baru jadi slaughtered pig.
Mungkin emas bisa jadi alternatif, september – maret biasanya harga naik terus
August 21, 2009 at 8:57 AM
Sy setuju dengan saudara Fahmi, kemarin sy juga baru berdiskusi dengan seorang teman di kantor dan tanggapannya sama, dia takut berinvestasi di bursa saham karena dianggap membeli saham itu bermain judi.
Sy berargumen bahwa menurut saya judi itu merupakan tindakan yang tidak dilandasi oleh suatu analisa yang kuat terhadap sesuatu tapi hanya bertaruh mirip seperti SDSB atau togel, bila seseorang di bursa saham hanya membeli saham karena ingin memperoleh keuntungan yang cepat tanpa dilandasi analisa yang cukup maka orang tersebut berjudi. Sebaliknya bila membeli saham di bursa dilakukan dengan prinsip2 investasi maka itu bukanlah judi tapi berinvestasi.
Kira2 apa ya yang perlu dilakukan dengan minimnya informasi di bursa saham kita? Sy setuju dengan Alina bahwa pasar modal kita akan menyamai atau melebihi India bila informasi-informasi dapat kita peroleh dengan mudah.
August 21, 2009 at 1:19 PM
Budaya menjadi landasaran dasar yang harus dibenahi. Dari sejak SD kita telah diajarkan untuk menabung (ingat lagu “bang bing bung yuk kita nabung”). Kita tidak diajarkan untuk berinvestasi sejak dini.
Pelajaran mengenai investasi ataupun pasar modal tidak pernah kita temui hingga SMA (mungkin hanya sekilas saja). Hal ini membuat landasan berpikir orang Indonesia untuk cenderung menabung daripada berinvestasi.
Jika saja kita sejak kecil diajarkan untuk berinvestasi (mengalahkan inflasi) bukan menabung (bunganya masih kalah dengan inflasi dan banyaknya potongan-potongan), tentunya jumlah investor kita akan banyak.
Saya kurang tahu juga berapa jumlah investor dalam Reksa Dana. Mungkin sudah banyak dan perkembangannya cukup pesat.
SRO (BEI, KSEI, KPEI) sudah mulai mensosialisasikan cara berinvestasi di pasar modal. Tapi menurut saya hal ini masih kurang. Pelatihan dan seminar sudah mulai banyak. Kerjasama dengan beberapa perguruan tinggi juga sudah ada.
Beberapa broker sudah memberikan kesempatan untuk mulai berinvestasi dengan modal minim (khusus mahasiswa). Pemerintah juga sudah mulai sering gembar-gembir dalam memasarkan ORI ataupun Sukuk Ritel.
Hanya saja, kembali ke awal cerita, budaya menabung yang telah ditanamkan sejak dini inilah yang sebenarnya harus dirubah. Semoga blog ini bisa membantu memberikan segala informasi mengenai investasi.
August 25, 2009 at 6:55 AM
Seminar2 serta pengenalan investasi tsb msh kurang rame jika dibandingkan berita2 negatif ttg pasar modal. media massa mengekspose besar2an kasus2 namun kurang dalam pengedukasian masyarakat ttg investasi. selain itu brokers yg cm ngarep fee gede kadang ga kira2 ksh mimpi, “profit 200% bla bla” tnp jelasin apa n bagaimana alat yg dipake, pokonya asal pake nama ‘invest disaham’ atau ‘diindex saham’ dan bagi org awam namun punya nalar pasti bertanya ‘invest disaham 200% profit? gila ini sih!’ dan akhirnya dia berfikir invest disaham scr general ‘gila’ Ini kejadian bbrp wkt lalu di group BEI facebook dimana byk calon2 investor yg malah jd kebingungan cari sumber ilmu n info untuk berinvestasi beneran dipasar modal. Banyak juga diantara mereka yg sudah masuk pasar saham, tapi cuma pengen ambil keuntungan sementara sebagai spekulator tapi ngotot bilang kalo mereka itu investor
August 25, 2009 at 8:58 AM
@ San
Bagi calon investor yang bingung cari info untuk berinvestasi berikan saja link blog ini
August 22, 2009 at 1:17 AM
para orangtua suruh baca bukunya r.t kiyosaki aja,..makasih mbak alina info nya…bung edison ditunggu tulisanya…
August 22, 2009 at 12:40 PM
Paling gak kepemilikan asing di bursa saham jangan lebih besar dari lokal…..ini memang butuh edukasi yang tidak sebentar. karena kita memang tidak mendapatkan pelajaran sama sekali tentang investasi di skul-skul.
Menabung -> Kuno……..
Investasi -> Yeeess……..
August 24, 2009 at 12:02 PM
Tp aneh juga ya, meski basis investor lokal lebih banyak tp index-nya fluktuatif banget…hampir mirip dengan Hangseng.
Atau krn pasar opsi dan future sudah jauh lebih matang shg fluktuasinya gila”an?
August 25, 2009 at 7:07 AM
‘Hal ini masih menjadi PR bagi pasar modal Indonesia” kebanyakan PR jadi ga da yang selesai dunk
August 25, 2009 at 8:55 AM
Hahahaha…
PRnya banyak tapi yang ngerjain ga ada, jadinya ga selesai-selesai