May 6, 2009...6:45 PM

Investor atau Spekulator?

Jump to Comments

WHAT THEY SAID

Never buy a stock immediately after a substantial rise or sell one immediately after a substantial drop

Benjamin Graham

Article by Alina

2 tahun lalu, ketika bursa saham sedang dalam trend kenaikan (bullish) dan indeks sedang mencetak rekor tertinggi, seorang pemuda melihat keuntungan yang diperoleh para ‘investor’ yang berinvestasi sejak awal 2007. Tanpa pengetahuan berinvestasi yang mencukupi ditambah Ia baru saja memperoleh dana, Ia pun berpikir untuk  mencoba peruntungannya terjun dan ‘berinvestasi’ di bursa saham. Si pemuda pun senang merasa telah menjadi seorang ‘investor’ di bursa saham dan berharap memperoleh keuntungan yang sama besar seperti para ‘investor’ sebelumnya.

Belum genap satu tahun Ia berinvestasi, kecemasan, penyesalan, dan berbagai pertanyaan berkecamuk dalam dirinya. Kenapa bursa saham malah mengalami trend penurunan (bearish)? Apa yang salah dengan investasinya sehingga mengalami kerugian begitu banyak? Si pemuda akhirnya bertemu dengan om Ben (Benjamin Graham).

Si Pemuda : Kenapa investasi saya mengalami kerugian?

Om Ben : Kamu melakukan kesalahan fatal dalam berinvestasi. Kamu membeli di saat harga saham  sudah terlalu tinggi.

Si Pemuda : Lalu apa yang harus saya lakukan saat ini?

Om Ben : Ubah cara kamu berinvestasi, gunakan metode Dollar Cost Averaging (DCA). Membeli sedikit-demi sedikit dengan jumlah uang yang sama secara rutin setiap bulan, tanpa memperhatikan gerakan pasar yang sedang naik atau turun.

Si Pemuda : Kapan saya harus memulai metode ini?

Om Ben : Lakukan mulai saat ini jangan perhatikan gerakan pasar yang sedang naik atau turun.

Si Pemuda : Baik Om Ben.

Si Pemuda sudah memperoleh pengetahuan dari Benjamin Graham tentang bagaimana cara berinvestasi bagi seorang investor. Namun si pemuda masih tetap khawatir dengan trend penurunan bursa saham yang masih terus berlanjut. Ia pun memutuskan untuk menunggu trend penurunan bursa saham berakhir. Meskipun Ia sedang memiliki dana untuk memulai DCA di bursa saham, Ia malah memilih berinvestasi secara aman di Obligasi.

Ketika bursa saham mulai mengalami trend kenaikan trauma masa lalu masih menghantui dirinya. Bayangan kerugian yang pernah terjadi membuat Ia menunggu ‘waktu yang tepat’ untuk kembali memulai berinvestasi di bursa saham, meskipun Ia sendiri tidak tahu kapan waktu itu akan datang.

Saat ini, Ia belum juga memulai kembali untuk berinvestasi di bursa saham. Kembali kecemasan, penyesalan, dan berbagai pertanyaan berkecamuk dalam dirinya karena bursa saham terus naik. Apakah bursa saham sudah memasuki trend kenaikan (bullish)? Apakah sekarang waktu yang tepat untuk memulai metode DCA seperti yang disarankan Om Ben? Kenapa Ia idak memulai metode DCA dari dulu sehingga bisa menikmati keuntungan saat ini?

—-00O00—-

Cerita di atas hanya sebuah ilustrasi yang mungkin sedang banyak terjadi saat ini. IHSG yang memcapai rekor tertingginya pada Januari 2008 tiba-tiba turun tajam pada Oktober 2008, kurang dari satu tahun. Namun kini IHSG kembali perkasa dan telah naik lebih dari 60% dari titik terendahnya di September 2008. Banyak orang yang ingin menjadi ‘investor’ di bursa saham memiliki rasa khawatir akan kembali jatuhnya bursa saham. Tanpa mereka sadari, rasa khawatir dari fluktuasi pasar telah membuat mereka menjadi seorang spekulator.

Perbedaan paling realistis antara investor dan spekulator ada pada perilaku mereka terhadap pergerakan pasar saham. Kepentingan utama seorang spekulator terletak pada tindakan antisipasi dan pengambilan keuntungan dari fluktuasi pasar. Seorang investor sadar bahwa harga sahamnya akan berfluktuasi dan tidak merasa khawatir oleh penurunan besar, juga tidak akan girang dengan kenaikan tajam. Ia akan selalu ingat bahwa harga pasar akan selalu memihaknya. Ia tidak akan pernah membeli saham karena harganya naik, atau menjualnya karena harga turun.

Ia tidak akan pernah membuat membuat kesalahan besar jika mengikuti moto sederhana ini : “Jangan pernah membeli saham segera setelah terjadi kenaikan substansial atau menjual saham segera setelah terjadi penurunan substansial”

68 Comments

  • Alina, kok rasanya saya tahu ya siapa si ‘pemuda’ itu… hahaha

    • alinaprimasari

      wah siapa bung, kenalin ke saya donk…

      • Alina, saya mau tanya, yang dimaksud dengan spekulator itu bagaimana yah? belum lama ini saya baru aja investasi di saham. Saya baca-baca buku (dikit sih hehehe) lalu juga browsing di internet dan tanya-tanya teman.

        Pada suatu hari saya melakukan posisi beli di pagi hari, dan posisi jual di sore hari pada jenis saham yang sama. Teman saya bilang, bila saya melakukan hal seperti itu, namanya spekulasi, dan saya tidak melakukannya lagi.

        Saya perlu penjelasan untuk spekulator.

        Makasi

  • Siapa ya si ‘pemuda’ itu??

    Oh ya emang om Ben masih hidup tahun 2007 ya Alina? :)

  • cerita pemuda di atas mirip dengan cerita saya.

    Apa definisi dari segera? apakah 1 bulan, 2 bulan, atau berapa lama setelah terjadi kenaikan dan penurunan substantial?

    • alinaprimasari

      Wah apakah ini si pemuda? Maaf ya mas klo terjadi kesamaan karakter atau cerita dalam ilustrasi di atas, saya hanya memperkirakan kejadian di ilustrasi di atas pasti banyak di alami oleh orang-orang pada saat ini.

    • ‘Segera’ disini menurutku adalah saat ini juga! jangan tunda harga bakal naik/turun lagi. karena maksud DCA (setor dengan jumlah tetap tiap bulan) disini adalah kita menghindari kesalahan akibat keserakahan/ketakutan kita dengan membeli terlalu banyak pada saat harga naik atau membeli terlalu sedikit pada saat harga rendah. Semakin cepat kita DCA, semakin bagus!

  • Wah, mirip2 nih kasusnya. th 2002 acara reunian byk tmn bcara profit main saham n forex apalagi tmn ada yg jd broker. ada dana, nyemplung abis deh diforex n saham. trus aku tinggal krj n ga dimonitor sampe 2008 kmrin. memang ada profit, tp tmn2ku dah ga jd broker lg :( suwer, ribet urusnya pas mau tarik dana (krn ga ngertikali ya? :D ). Skrg lg usap2 dada yg ga sabar liat bear dtg pengennya beli,beli,beli… thanx Alina, ksh quotenya om Ben buat ngingetin

    • Kapan lagi bear (harga diskon) dateng lg ya? kemarin diketawain temen, ‘lg bull yg ditunggu malah bear’ salah jurusan apa ya? :D

      • alinaprimasari

        San, jangan ditungguin, langsung aja invest dengan metode DCA… Sedikit demi sedikit, tapi rutin

      • Investasi pake DCA udah Lin, pake RD index aja biar ‘ga ribet’ Nunggu bear lg biar nambah profit spekulasi dalam roller coaster IHSG, buat modal road show tour bareng Felicia, lol :D

      • Iya, aku juga kepikiran trus kapan si mr Bear dtg, padahal mah orang2 senengnya kalo mr bull yg dtg. Emang kita orang2 yg salah jurusan nih San, mungkin salah satunya karena keseringan mantengin JS ya. :) San Jangan ngomong2 ttg roadshow tour kita disini ya San, ntar kita ditagih oleh2 lagi sama pengunjung JS. masalahnya pengunjung JS kan udh byk, nanti kl kebanyakan beli oleh2 gmn bisa invest? ha..ha.. :)

  • wakaka…
    emang susah yah jadi investor….
    gimana mo nikmatin hasilnya?

    sudah jangka waktu tertentu yg sudah dipatok, ee.. malah harganya anjlok, terpaksa tambah investasi lagi.
    (bukan pengalaman sih tapi sempat terbersit di pikiran)

    jadi klo mo investasi harus nyiapin CashFlow yg cukup, bener gak?

  • tapi bagaimana jika jan 08 investasi saya sudah terkumpul lumayan, misal Rp.100juta. apakah tetap biarkan saja turun terus ? misal turun 50% ?

  • wih, dari september 2008, naek 60% ya? brarti diriku emang bener2 perlu bersyukur skarang. Jadi pengen jual karena naiknya terlalu gila… jual ga nihh??? ^^

    • udah, jual aja….
      dan selamat telah menjadi spekulan, hehehe…

      kalo versiku sendiri masih bingung, dulu waktu belajar investasi beli di top price, belum tau itu DCA segala, eh tau-tau mr bear dateng, terus ada dana lagi, jadi beli lagi RDnya.
      nah kalo sekarang ini enaknya gimana, yah..

      salam,

      • haha, hopefully not. Sesedikit mungkin berspekulasi d.. Kalopun skarang bingung mau jual, karena lagi mikir balancing portfolio dan mikir “apakah ini sudah terlalu mahal”? Maklum newbie soal investasi jadi belajar pelan-pelan :D

  • Membaca artikel Alina ini, saya jadi baru sadar arti DCA yang sebenarnya. Selama ini banyak produk investasi yang ternyata menawarkan kemudahan DCA ini walaupun bukan dalam bentuk saham, namun reksadana atau lebih tepatnya unit trust ataupun bancassurance (saya kurang tahu beda tepatnya antara produk unit trust dan bancassurance, mungkin bung Edison or ms. Alina or ms. Konobe bisa bantu hehe). Jadi singkat cerita empat tahun lalu, saya membeli produk asuransi yang digabung dengan investasi. Skemanya adalah asuransi ini tiap bulan men-debet rekening tabungan saya dalam jumlah yang sama dan dana ini dipotong sebagian untuk premi asuransi, sisanya digunakan untuk membeli sejumlah unit investasi pada harga pasar yang berfluktuasi tiap bulannya. Dalam jangka panjang harga unit ini naik terus, walaupun dalam jangka pendek seperti akhir 2008 lalu harga unit ini turun cukup drastis. Kemudian unit investasi yang sudah saya miliki ini bisa dijual kapan saja kita membutuhkan dana segar pada harga pasar saat itu. Setelah membaca artikel ini, saya baru sadar ternyata saya sudah melakukan DCA sejak 4 tahun lalu, walaupun saya baru mulai main saham tahun 2008 yang silam. Hebat Alina… terima kasih dan proviciat untuk artikel yang bagus. Keep up the good work !!! Salam JS…

    • Iya dalam beberapa hal, untuk investor yg ga bgitu paham dan malas. Unit link asuransi sangat bagus untuk mengajarkan DCA. karena ga semua orang bisa dengan kedisiplinan diri menyetorkan uangnya secara sadar untuk berinvestasi.

    • alinaprimasari

      Selamat, tanpa anda sadari anda telah menjadi investor

      • tp kadang ada UL yg DCAnya tahunan,alias kelamaan,hehehe
        @konobe
        mulai DCA dr bulan september ya?
        sy jg mulai dr bulan 9 th lalu,saat itu ada aba2 dr bozz Edison,hahaha

      • @blazy
        Kalo yang bingung mau dijual itu karena bulan desember masuk saham murni (ga lewat RD). Niat keep jangka panjang karena liat saham2 dah terlalu murah :P Aga spekulasi karena basic nya cuma PER, book value sama syarat syariah (perhitungan kasar).

        kalo RD sendiri masuk oktober, tapi baru bener2 masuk tiap bulan sejak awal taun, dan masih di tanggal yang ngacak tergantung rejeki, walopun tetep ada nilai minimal untuk ngejar tujuan keuangan ^^ Baru bulan ini mulai ambil DCA beneran yang konstan jumlah dan tanggalnya tiap bulan. Hehehehe..

    • emangnya reksadana, unit trust, bancassurance sama??

      kalo yang disebut iger kayaknya unit link deh.. ada investasi dan asuransinya. sebagian orang ngotot kalo ini investasi menguntungkan tapi ada juga kubu yang mengatakan ga optimal asuransi maupun investasinya. ada pernah denger dan disebut oleh om ben, investasi cari yang low cost no load, sedangkan di unit link ini belum kena ke investasinya dah bayar dulu preminya kan? kalo ga salah disebuah unit link jangka 10 th, 3 th pertama setoran kita itu baru nutup premi nya aja (share dari temen). saat butuh emang bisa dicairin, tapi yang jadi masalah, angkanya sama ga dengan yang kita masukin awal (jangan ngarep untungnya dulu)

      kalo direksadana, ga da potongan premi memang, tapi ada biaya2 yang ditanggung reksadana maupun pemegang unit penyertaan.

      jadi bingung, kembali kestupid question, apa sih sebenernya yang dimaksud dan bagaimana seseorang itu beneran disebut seorang investor??? perlu buka “kitab suci” bab awal lagi kayaknya nih…. :D

      • mungkin yang dimaksud iger adalah produk bancasssurance berupa unit link :)

        bancassurance sendiri adalah produk asuransi yang dijual melalui bank. Bentuknya bisa pure insurance atau produk-produk gabungan seperti unit link.

        disebut sebagai seorang investor? kata Om Ben, cukup ingat 3 hal ko ;)

      • klo unit link n RD total beda :)
        ingat klo UL walaupun uangnya ga diambil2 (dicairkan) dananya bs abis kemakan buat premi, tp klo kita “game over” ada uang pertanggungannya :)
        klo RD selama kita ga jual unit,nilai tunainya ga bakal 0,asal RDnya ga bodong aja,xixixixixi

  • @konobe

    dilihat..
    diraba..
    ditrawang..

    ;P

    • hahahaa…. toto ini bener-bener lutu….

      • dilihat itu ya dianalisa.., makanya lihatnya yg benar sampai ke dalam2nya..
        diraba bisa berarti kira2 amankah modal pokok kita..
        ditrawang itu berarti melihat ke depan, apakah returnnya layak, terlalu kecil atau malah bombastis yg justru seharusnya bikin alarm waspada level satu menyala..

        *ngeles mode: on
        ;P

  • Emang duit palsu? hehehe…

    btw, konobe aja yang “tim sukses” JK eh JS ding bilang masih newbie, berarti aku masih newbaby ato apa yach?
    hehehe…

  • Inget yah yg DCA-nya sukses besar, balancing portfolio-nya ke Griya Asih juga… :)

  • Ikut ikutan ah…..Sharing my experience…..
    1. Kalo unitlink, agak susah kalau dalam waktu dekat, apalagi yang ada unsur preminya. Soalnya kalo mo diambil, harus disisakan agar asuransinya tetap jalan. Jadi kalo mo investasi di unitlik kudu jangka panjang bila dengan DCA, misalnya 10 tahun. Perbandingan hasil dengan RD tentunya beda, lebih besar RD dengan jenis fund yang sama.

    2. RD dengan DCA menurut bro Edi dan pakar2 yang lain oke banget dan katanya sudah terbukti hasilnya bagus, tapi juga musti sambil liat2 kondisi ekonomi. Pengalaman pribadi nih…th lalu RD saya minusnya 50%. Pake strategi singgle shot. Karena kebodohan saya, saya biarin tuh waktu tahun kemaren. Harusnya begitu turun terus, di switching ke RD fixed income atau money market. Jadi nilai yang sudah terbentuk enggak ikut turun, tapi tetap beli di RD saham secara DCA.

    Sekarang saya punya RD dengan DCA dan singgle shot di jenis RD berbeda, saham juga punya, tentunya tabungan dan deposito juga harus ada untuk dana darurat.

    Untuk belajar berinvestasi, saya sih modal nekat, belajar dikit2 terus aja coba, abisan kalo udah ada faktor “U” belajar terus pusing, mendingan langsung jadi pelaku, karena dengan jadi pelaku maka kita jadi berkepentingan dan akan berusaha untuk mendapatkan hasil yang sebaik2nya.

    • Sedikit tambahan dari aku buat share… RD saham dan campuran kemari-marin turun sampe 65% untuk yang lump sum. Waktu itu kepikiran kalo oper ke fixed income atau money market berarti harus redeem, yang artinya merealisasi floating loss. Tapi yang aku lakukan malah beli lagi buat nambahin UP saat harga murah. Dan saat NAB mulai naik gini, lump sum yang pertama masih rugi tapi lumpsum yang kedua dah untung. Kalo digabungin saat ini malah ada profit sekitar 2%an.

      Tapi kufikir cara ini kurang efektif karena kita ga tau kapan bener2 bottomnya NAB RD. Dengan DCA malah ga bingung, ga pusing liat market kaya apa, yang penting jaga income aja buat mempertahankan DCAnya aja. kesannya ga mo cape ya….. :D

      • San kadang jaga income jg susah ya. Kl misalnya income tambah besar,DCAnya jg kyknya sbaiknya hrsnya makin besar ya? apa lebih baik DCA itu dikatakan berinvestasi dlm persentase yg tetap dari penghasilan kita ya? Bukan tiap bulan dgn jumlah uang yg sama ya? Gmn ya?

      • Tergantung :) Jika misalkan penghasilan setiap bulannya kerap naik turun dengan drastis, bulan ini berlebih, tetapi bulan depan malah kurang dari pengeluaran (sehingga harus nombok), maka lebih baik kelebihan tersebut ditempatkan dalam bentuk yang likuid… bisa tabungan ataupun deposito.. Jadi di bulan yang sedang ‘minus’, kehidupan tidak terganggu, dan tetap bisa melakukan DCA di bulan yg ‘minus’ tersebut…

        Tetapi jika misalkan :penghasilannya naik turunnya tidak drastis, ataupun misalknya ketika turun, tetap mencukupi utk pengeluaran rutin PLUS uang utk DCA, maka ada alternatif lain…

        Tetapi pada dasarnya, saya tidak menyarankan DCA dengan bentuk ‘persentase’ dari penghasilan…

      • Saya juga melakukan DCA di reksadana saham, tapi terus terang DCA itu ‘boring’/ not fun, kalau lihat index lagi naik tinggi pinginnya top up banyak, berapa kali coba timing market tapi banyak melesetnya…

        Ada brapa pertanyaan :
        1. Apakah seorang investor tidak seharusnya timing the market ?
        2. Apakah dgn teknikal analisis, kita bisa memprediksi market ?
        3. Apakah return dari DCA lebih tinggi dari buy and hold untuk jangka panjang misal 5 tahun ?

      • memang menjadi investor pasif yang melakukan DCA itu cenderung membosankan. Tetapi bukan berarti mudah loh. Graham mengatakan bahwa jika menjadi investor aktif itu menguji kemampuan intelektual, maka menjadi investor pasif itu justru sangat menguji mental :)

        1. Investor dalam definisi ala Graham tidak melakukan market-timing.
        2. Investor dalam definisi ala Graham tidak berusaha memprediksi pergerakan market, terlebih dengan teknikal analysis.
        3. Fungsi DCA adalah untuk melindungi investor dari kesalahan terbesar seorang investor, yaitu membeli di titik tertinggi. Jika anda bisa buy-and-hold di waktu market berada pada titik terendah, maka tentu saja hasil yg akan didapat akan lebih tinggi daripada DCA. Tetapi bagaimana jika anda buy-and-hold justru di waktu market berada di titik tertinggi? :) Ironisnya justru ini yg kerap terjadi, karena reaksi ‘normal’ seseorang justru adalah ‘masuk’ ketika ‘pesta’ sedang marak-maraknya :)

      • “reaksi ‘normal’ seseorang justru adalah ‘masuk’ ketika ‘pesta’ sedang marak-maraknya”

        Benbang (bener banget) tuh bro..
        Biasanya orang2 akan bersorak ketika untung besar dan ini bisa dipastikan biasanya terjadi ketika harga sedang tinggi.
        Mereka yg belum mengerti dunia investasi tapi ingin juga mencicipi kue lezat itu karena banyaknya sorak sorai kegirangan yg didengar biasanya langsung nyemplung dengan pemikiran: “wah..banyak yg untung besar nih, invest sekarang ah..”.

        Begitu harga sedang rendah, biasanya banyak yg mengutuk diri sendiri karena rugi.. dan orang lain yg cuma dengar ini akan berkesimpulan: “wih, jangan invest sekarang.. tuh lagi banyak yg rugi..”.

      • Tepat bgt bro Toto,td baru baca kompas2juni ada berita:Euforia Beli&Ekonomi riil tampaknya patut disimak.trutama ada kutipan dari John maynard keynes yg mengatakan “pasar(modal) seringkali gila”: ”
        Prilaku pasar modal kerap bertentangan dgn kondisi ekonomi riil (fundamentalnya) yg dipengaruhi oleh ketakutan (fear)&keserakahan (greed).ketika keserakahan lbh dominan makan pasar akan berjalan sangat cepat kemudian menggelembung&pecah. Sebaliknya saat ketakutan mendominasi,perekonomian melambat. Kejatuhan harga saham global th2008 adalah contoh dari perubahan prilaku dari (terlalu)serakah&(terlalu)takut. Apalagi reaksi ini didorong prilaku ikut2an(herding behaviour).” Mnurut saya prilaku takut&serakah sama menghancurkannya utk masa dpn kita. Jk tlalu takut yg ada kita jd tdk b’investasi pdhl kl hny menabung cash yg pasti nilai uang kt tgerus inflasi,apalg saya yg ga betah liat uang nganggur di bank yg ada dibeliin brg2 ga jelas.Tp jk tlalu berani prilaku kt m’jurus ke spekulasi,yg kadang tanpa phitungan/ikut2an

      • Hehhee.. dalam kasus aku yang pekerja kontrak, kalo ada income lebih sih, suka disimpen di money market buat cadangan kalo pas lagi ga da kontrak kerja, DCA nya tetep berjalan, jadi nominal DCA nya tetep gitu dalam keadaan income nambah atau kurang :D

  • NGOMONG2… SELAMAT HARI RAYA WAISAK BAGI YANG MERAYAKANNYA

  • btw bu Rina, aku agak bingung dengan strategi singgle shot yg ibu Rina bicarakan. apa maksudnya Lump sum ya?

  • Iya Fel, ada yg bilang lumpsum atau singgle shot, aq sih maunya bilang “sekali bayar” heheheh gampang kan…. biar keliatan ilmiah dikit…. hahhaa mudah2an gk salah….

  • Kalau menurut saya, DCA sebaiknya dilakukan setelah kita tahu tujuan investasi kita, lalu sudah dihitung berapa yang harus yang harus disetorkan untuk DCA. Jangan lupa tetap mengevaluasi kembali.

  • baru blajar investasi stlh knal blog JS sktar 5-6bln yg lalu, 2-3 bln yg lalu ngbrol2 dgn mas Edison trs diajarin metode DCA,lgsg deh praktekin..

    sdh hmpir 3bln msh trus jalan DCAnya,smbil ngmpulin duit lg buat perbaiki portofolio,mdh2an bs jadi investor sejati, :)

  • persis,
    aku pertama kali buka RD indeks, waktu “pesta lagi rame-ramenya” tahunya emang puncak keramaiannya.
    habis itu pesta tutup, dan RD anjlok ke harga dibawah default 1000. setelah pikir-pikir, aku malah beli lagi aja dengan jumlah yang sama waktu buka dan mendapat UP 2 kali lipat dari yang pertama.
    waktu itu aku baru banget belajar investasi, dan belum kenal DCA, jadi pertimbanganku cuman mengurangi kerugian aja.
    rencananya setelah selesai ngumpulin dana darurat yang kemarin kepakai, mulai DCA deh…

  • Oh akhirnya saya mengerti Dollar Cost Averaging yang dibicarakan saat seminar kemarin :D hihi makasih yaaa…

    Ternyata saya sudah melakukan DCA ituuu saat ini… Yes :D

    • Tahap berikutnya : Apakah portofolionya sudah ‘rapi’? Bagaimana dengan jadwal rebalancing portofolionya? :)

      • balik jadi rada binun karena banyakan masukan. butuh bantuan dunk…..

        selama ini aku melakukan DCA tiap bulan di RDS n RD indeks tapi lump sum buat fixed incomenya. 6 bln sekali cek total nilai nya baik itu deviden, kupon obligasi dll yang kudapet dari sana. nah kalo bergeser 10% dari besaran porsi yang dah kutetapin, baru rebalancing dengan redeem bagian yang lebih tinggi itu. masalahnya kemarin2 pas RDS ngejoss, sempet kena geser 20% padahal lom waktunya rebalancing. jadi binun, gimana sih balancing yang bener??? mohon petunjuk atau sharenya dunk…

        thanks in advanced

      • Hai Eksi! Ktemu jg JS nih. Btw bro Edison gmn cara me’rapi’kan portofolio-nya? Punyaku kyknya msh berantakkan tuh. Tlg dong bro ksh ide cara nge’rapi’innya.tx jadwal rebalance bagusnya berapa lama skali?

      • @Felicia
        mungkin mksd bung nikken yg disebut rapi adalah porsi investasinya. misalnya saham:obligasi atau RDS:RDPT yg mana besarannya kayaknya tgt profil resiko orgnya. dlm buku Graham menyarankan 50:50, tapi minimal ya 25:75.

        karena ngejawab jd timbul pertanyaan sendiri, dimana posisi emas sbg investasi ya?

      • San emas bisa sih buat investasi tapi jangan harapin keuntungan yg signifikan. lebih tepatnya lebih untuk hedging nilai daripada investasi. penjelasan yang bagus mengenai investasi emas ada di http://nofieiman.com/2007/11/mengenal-investasi-emas/

      • Felicia dan San

        Untuk rebalancing portofolio bisa mmperhatikan ciri-ciri ekonomi yang ada saat ini, termasuk dalam siklus ekonomi yang mana, sehingga kita jadi tahu porsi investasi mana yang lebih besar. Gampangnya sih cek skrg berapa sih porsi dari instrumen investasi saham terhadap obligasi kita. Sudah sesuai dengan siklus ekonomi yang terjadi dan tujuan investasi awal belum. Hmm untuk lebih jelas nanti aku singgung di artikel dech, bikin guest blogger duet ma konobe.

      • Putrie, kemarin aku japri sama San soal makro ekonomi: slowdown,resesi,dll yang mempengaruhi rebalancing portfolio yg kmrn dibicarakan Pak Michael T. di seminar investmen plan day. Apakah ini tmasuk bagian dari strategi timing the market?

    • Eksi nyampe juga ke sini…
      Baca semua artikel ya….

      • siklus ekonomi berhubungan dengan rebalancing?? macam mana pula??? oke deh…. ditunggu artikelnya ya Put n Konobe…

  • Kalau kita adalah investor pasif, maka menurut Graham rebalancingnya paling mudah dilakukan begitu persentase portofolio kita melenceng cukup besar…

    Misalkan saja kita targetnya adalah 50% saham dan 50% obligasi. Kita bisa melakukan rebalancing kalau persentasenya bergeser 10% misalnya..

    Jadi misalkan karena pergerakan pasar, persentase nilai portofolio kita jadi 60% saham dan 40% obligasi, maka kita jual sedikit saham kita dan dibelikan obligasi sehingga kembali ke 50%-50%

    • seperti yang putrie bilang, sesuai dengan siklus ekonomi?? maksudnya gimana bung Nikken??? apa dalam menentukan porsi investasi sesuai dengan kebutuhan, kita juga mesti memperhitungkan keadaan ekonomi atau hm… siklus ekonomi tadi???

      kalo rebalancingnya (kasus yang dicontohkan bung Nikken) ga nyairin saham tapi menambahkan porsi keduanya sampe seimbang 50:50 lagi dari dana nganggur kita, bisa disebut rebalancing ga??? duh…. kok jadi balik ke ilmu dasar tapi ga mudeng-mudeng ya?? maaf bung Nikken.. moga ga cape ngajarin nubie satu ini….. :)

    • Apakah pengertian portfolio menurut Graham hanya saham dan obligasi ?

      apakah emas dan property bisa dimasukkan didalam portfolio ?

      Kalau ada hard asset, sebagai defensif investor bagaimana cara rebalancing nya ?

  • Mohon masukannya bro and sis,

    awal bulan lalu saya masuk RDS dengan lump sum ato single shot dengan pertimbangan bahwa ekonomi sedang keluar dari resesi.

    sekarang saya masih bingung menentukan rebalancing portpolio saya, apakah berdasarkan waktu (mis: tahunan) ato berdasarkan kenaikan saham yang saya estimasi 1-2 tahun kedepan sampai 60-90 persen (saya ingin rebalancing ketika gain sudah 60%)

    bagaimana tanggapan bro and sis semua?

    btw, sapa saja yang ikut “inspired” mandiri kemarin? ada yang lihat saya gak hehehehe…..

  • blog anda sangat ok gimana cara buatnya tuh, walaupun agak berat di buka tapi postingannya mantabbbb.
    sukses selalu

  • Kalau seandainya masuk ke reksa dana itu termasuk investasi atau spekulasi ya? :D

    Kan kita tidak tahu saham apa saja yang menjadi portfolio reksa dana tsb. Apakah kita tahu jika MI nya hobi jual beli saham?

    Di BEI itu banyak “mutiara” terpendam. Saham-saham yang valuasinya bagus namun sayangnya tidak dilirik oleh investor karena tidak likuid. Yang pasti bukan saham seperti PTBA, AALI ataupun blue chips lainnya.

    Apakah kita harus membeli saham-saham tersebut? Berapa lama kita dapat menunggu agar investasi di saham2 tsb membuahkan hasil?

    nb: saham2 tsb jarang sekali bergerak.

    Bro, oleh2nya mana dari scotland?ngopi yuk. udah lama gak ketemu nih.

    • Iya nih bro, udah lama gak ketemu… nanti kita cari waktu ngumpul bareng ya? Oleh-oleh dari Scotlandnya cuma foto-foto doang..hahaha :D

  • jadi ingat perkataan Warren Buffett (kalo ga salah :) ) : tamaklah di saat orang lain takut dan takutlah di saat orang lain tamak. he3


Leave a Reply