February 23, 2009...12:32 PM

Tingginya Permintaan Sukuk Ritel (SR-001)

Jump to Comments

Article by Alina

Edited by Edison

Masa penawaran Sukuk Ritel telah berakhir hari jumat lalu (20/02/2009). Pemerintah dikagetkan dengan tingginya permintaan investor selama masa penawaran. Sekedar informasi, Pemerintah menargetkan penjualan Sukuk Ritel perdana ini hanya sebesar Rp 1,7 triliun. Baru 2 minggu masa penawaran berlangsung permintaan telah melewati target mencapai Rp 2.8 triliun. Banyak agen penjualan yang meminta tambahan ‘jatah’ Sukuk Ritel untuk dijual. Pemerintah pun menaikkan target penjualan menjadi Rp 3.4 triliun dan sempat menyatakan menerima hasil penjualan  tidak akan lebih dari Rp 4 triliun.

Tetapi pagi ini, pemerintah mengumumkan hasil penjualan Sukuk Ritel Perdana ini mencapai Rp 5.556 triliun, naik hingga 213,9% dari semula yang sebesar Rp 1,77 triliun. Pemerintah pun akhirnya memutuskan untuk menyerap semua permintaan pembelian Sukuk Ritel perdana ini. Pemerintah memang cukup gencar menerbitkan Surat Hutang di tahun ini guna menutup defisit anggaran APBN yang saat ini diperkirakan akan naik menjadi 2,6% dari PDB atau Rp 137 triliun. Hasil penjualan Sukuk Ritel ini sendiri terbilang fantastis, mengingat situasi ekonomi yang tengah menurun.

Coba kita flashback mundur untuk melihat permintaan ORI yang sama-sama ditujukan untuk investor Ritel

  • ORI 001 permintaan sebanyak Rp 3,8 triliun
  • ORI 002 permintaan sebanyak Rp 6,2 triliun
  • ORI 003 permintaan sebanyak Rp 9,3 triliun
  • ORI 004 permintaan sebanyak Rp 13,4 triliun
  • ORI 005 permintaan sebanyak Rp 2,7 triliun

Jika kita bandingkan, ORI-001 sebagai Obligasi Ritel pertama di Indonesia baru mampu menyerap Rp 3,8 triliun. Sebaliknya SUKUK Ritel seri pertama ini (SR001) mampu menyerap Rp 5.556 triliun. Sebagai instrumen yang baru lahir, tentunya ini merupakan prestasi tersendiri bagi Sukuk Ritel.

Salah satu daya tarik utama SUKUK Ritel perdana ini tentunya adalah tingkat hasil yang ditawarkannya (12%). Tidak sedikit deposan yang memindahkan deposito mereka ke SUKUK Ritel karena kupon hasil yang cukup kompetitif dibandingkan dengan suku bunga deposito. Terlebih lagi mengingat suku bunga penjaminan LPS semakin turun. Untuk periode 15 Februari hingga 14 Mei 2009 misalnya, suku bunga penjaminan LPS yang berlaku adalah :

  • Bank Umum Rupiah 9% dan US$ 3%
  • BPR Rupiah 12.5%

Dengan tingkat penjaminan di atas, berarti hasil SUKUK Ritel 3% lebih tinggi dibandingkan dengan deposito yg dijamin oleh pemerintah.

Faktor ‘pemanis‘ lainnya yang sepertinya menimbulkan minat tinggi terhadap SUKUK adalah peraturan perpajakan yang baru. Dalam peraturan yg baru, pajak penghasilan atas penghasilan bunga obligasi yang menyatakan bahwa pajak penghasilan untuk bunga obligasi turun menjadi 15% (sebelumnya 20%). Berkat peraturan baru ini imbal hasil bersih/netto dari  Sukuk Ritel berarti adalah sebesar 10.2% setelah dipotong pajak (dengan peraturan lama hanya 9,6%).

—–oOo—–

Dengan usainya masa penawaran perdana SUKUK Ritel ini, kita tinggal menantikan pergerakan harga Sukuk Ritel perdana ini di pasar sekunder tanggal 26 Februari 2009 nanti. Jika melihat pergerakan suku bunga BI rate yang sedang mengalami trend penurunan, maka secara teoritis seharusnya harga Sukuk Ritel ini  akan sedikit terdongkrak di kemudian hari. Tetapi berdasarkan pergerakan harga ORI beberapa hari terakhir ini yang melemah, dalam jangka pendek harga Sukuk Ritel mungkin akan ikut sedikit melemah. Ini tampaknya terjadi terutama karena efek pelemahan rupiah.

Meskipun demikian, buat rekan-rekan yang sudah membeli Sukuk Ritel perdana ini, jangan khawatir, karena ini hanya trend jangka pendek saja. Untuk yang bertujuan menyimpan Sukuk Ritel hingga jatuh tempo, tidak perlu pusing dengan perubahan harganya.

39 Comments

  • Bung Edison,

    Kok rasanya pemerintah RI butuh duit banget ya…
    berapa saja di serap.

    Saya baca di detik.com , pemerintah RI juga akan segera meluncurkan obligasi / sukuk valas.

    Kalau RI banyak utang, apakah nilai rupiah akan terus jatuh ? bagaimana analisa nya Pak Edi ?

    • Pemerintah RI memang sedang ‘butuh’ duit akibat defisit APBN yang membesar utk tahun ini

      Ini karena kondisi ekonomi saat ini menyebabkan pendapatan negara tahun ini menurun. Sebaliknya pengeluaran pemerintah semakin besar utk berbagai rencana program ‘stimulus’ ekonomi…

      Secara fundamental, ada perbedaan yang mendasar antara SUKUK Ritel sekarang ini (dalam Rupiah) dengan seandainya nanti keluar SUKUK Valas.

      Misalkan saja negara kita ‘bangkrut’, maka kemungkinan besar SUKUK Valas akan gagal bayar, tetapi sukuk SR-001 seharusnya tetap tidak bermasalah karena pemerintah tinggal ‘mencetak‘ uang rupiah saja. Sebaliknya pemerintah tidak bisa ‘mencetak‘ valas…

      Kalau ditanyakan apakah nilai rupiah akan jatuh terus, pertanyaannya adalah jatuh terhadap apa? :)

      Di tingkat paling dasar, mata uang suatu negara akan terkait dengan kondisi ekonomi di negara itu. Nah, misalkan kondisi di negara kita jelek, tetapi di negara A lebih jelek lagi, maka bisa jadi mata uang kita malah ‘menguat’ terhadap mata uang negara itu….

      Karena sekarang ini banyak negara yg kondisinya jelek….pertanyaannya kini adalah ‘Siapa yang paling jelek??’ :) Ini yang agak sulit dijawab… hahaha

  • Hebat juga ya Sukuk Ritel 001 bisa mengalahkan ORI 001. Apa hubungan melemahnya rupiah dengan Sukuk Ritel?

    • Maksud saya kalau pemerintah menerbitkan obligasi / sukuk valas (USD) , maka USD akan menguat drastis dan Rupiah akan makin terpuruk, karna banyak orang yang akan membeli usd.

  • Sudah saya duga akan diserap semua oleh pemerintah. Seperti kasus sebelum2nya di ORI, (hampir) selalu diserap semua permintaan ORI meskipun melebihi kuota.

    Saya baru apply 1 hari jelang penutupan dan dibilang kuotanya sudah habis.

    Tapi sempat baca sebelumnya bahwa APBN P 2009 mengalami revisi dan ternyata defisitnya membengkak, jadi secara nalar pemerintah akan menampung semua yang berniat memberikan hutang termasuk lewat sukuk ini guna menutup defisit APBN P 2009.

    Ternyata benar … huff lega juga

  • Wah-wah, 5M lebih euy. Nanti pas jatuh tempo pemerintah harus mengeluarkan lagi senilai itu +12%. Kira2 dari mana ya pemerintah kita dapet lagi duit senilai itu?

    • Yang lebih tepat adalah, setiap tahun pemerintah harus membayar 12% dari nilai tersebut, dan lalu sewaktu jatuh tempo membayar kembali Rp 5,5 triliun (bukan milyar) tersebut…..

      Kalau soal membayar, selama hutangnya dalam rupiah, banyak cara yg bisa dilakukan pemerintah (menaikkan pajak ataupun mencetak uang misalnya)….

      • Maksudnya cara bayar pas jatuh tempo dengan mencetak uang itu = “monetasi hutang” ya Pak?

        Dampaknya apa kira-kira terhadap perekonomian nasional? Denger-denger Pemerintah US banyak melakukan monetasi hutangnya …

        Mohon pencerahannya …

    • Pada saat sukuk ini jatuh tempo, kan ada pendapatan dari pajak, misalnya reksadana? Dalam 3th mungkin aja ada pajak lain? :D Bisa juga sebelum jatuh tempo pemerintah nerbitin lg sukuk ritel atau ORI lagi? Memang kesannya gali lubang tutup lubang sih! :D

  • Kalau misalkan sukuk diterbitkan terus, berarti pemerintahan tahun depan dong yang mikir pembelian lagi. Kira-kira pemerintah Indonesia bisa dipercaya tidak ya? Ada yang bisa sharing pengalaman tidak ya dengan inves ORI-nya?

  • Kalau kita lihat dari segi resiko, resiko apa sih yang bisa terjadi pada sukuk yang merugikan investor?

    • Beberapa resiko yang mungkin terjadi :

      1. Risiko gagal bayar (default risk) adalah risiko di mana investor tidak dapat memperoleh pembayaran dana yang dijanjikan oleh penerbit pada saat produk investasi jatuh tempo. Sukuk Negara Ritel tidak mempunyai risiko gagal bayar
      karena Pemerintah berdasarkan Undang-Undang SBSN dan Undang-Undang APBN setiap tahunnya menjamin pembayaran Imbalan dan Nilai Nominal Sukuk Negara Ritel sampai dengan jatuh tempo.

      2. Risiko pasar (market risk), adalah potensi kerugian bagi investor (capital loss)
      karena menjual Sukuk Negara Ritel sebelum jatuh tempo dalam kondisi bunga
      sedang mengalami kenaikan. Kondisi ini dapat dihindari dengan memegang Sukuk
      Negara sampai dengan jatuh tempo.

      3. Risiko Likuditas (liquidity risk), adalah potensi kerugian apabila sebelum jatuh
      tempo pemegang Sukuk Negara Ritel yang memerlukan dana mengalami kesulitan
      dalam menjual Sukuk Negara Ritel dalam harga wajar.

  • untuk membeli sukuk ritel ini di pasar sekunder, bagaimana mekanismenya? apakah sama dengan membeli saham?

  • itu sudah hampir kejawab ama bung edison, tapi gak juga dipikirkan teman2 ? bayar bunga dan poko SBSN atau sukuk atau ORI darimana ? kalau cetak rupiah bakal bikin rupiah makin gak berharga karena inilah yang disebut inflasi atau inflate. terus berarti untuk bayar bunga dari uang investor sukuk/ori adalah dari pajak yang akan ditarik dari anda sebagai investor sukuk/ori atau dari anak cucu anda kalau sukuk/ori jatuh temponya panjang atau dari pajak orang2 yang tidak tahu menahu kalau anda berinvestasi dalam sukuk/ori. Kalau suatu investasi untuk membayarnya diambil dari si inevstor sendiri berupa pajak apakah itu pantas disebut investasi ? kalau investasi di sukuk/ori menyebabkan anak anda, cucu anda dan siapapun rakyat indonesia harus ikut bayar untuk bunga atau kupon sukuk/ori berupa pajak apakah itu suatu investasi yang beretika ? Sukuk atau ORI sesuatu yang nirnyawa, dia tak tau ada etika atau tidak. Tapi saya percaya bung edison dan teman2 jangan serakah bisa menelaah.

    • Masalah hutang negara ini memang pelik…

      Pertama-tama mungkin saya perlu menekankan satu hal….

      Saya seringkali mengatakan bahwa obligasi semacam ORI dan SUKUK boleh dikatakan aman dari gagal-bayar. Ini karena obligasi tersebut dalam rupiah, sehingga jikalau sampai terpaksapun, pemerintah punya berbagai cara mengumpulkan rupiah untuk membayar obligasi tersebut (misalnya menaikkan pajak, mencetak uang, dll)….

      Tetapi tentunya perlu diingat bahwa itu adalah ‘skenario terburuk’….

      Idealnya, ketika pemerintah ‘berhutang‘ (dengan cara menerbitkan obligasi seperti ini), hutang tersebut dipakai utk mendorong pertumbuhan ekonomi. Jika ekonomi tumbuh, maka pendapatan pemerintah bisa naik (meskipun pajak tidak dinaikkan), dan kenaikan pendapatan ini bisa dipakai utk membayar bunga hutang pemerintah…

      Jika saya sederhanakan, kita bisa pakai ilustrasi dimana suatu negara kita anggap sebagai suatu perusahaan.

      Suatu perusahaan ingin meningkatkan kapasitas produksinya. Misalkan dari perhitungan di atas kertas, jika perusahaan tersebut membeli 1 mesin baru, jumlah barang yang bisa mereka produksi bisa bertambah 100%. Perusahaan tersebut yakin bahwa mereka tidak akan kesulitan menjual produk mereka, dan dengan bertambahnya penjualan, keuntungan perusahaan akan bertambah 40% misalnya… Tetapi perusahaan tersebut saat ini tidak mempunyai uang, sehingga akhirnya memutuskan utk meminjam uang, dan dikenakan bunga 10% misalnya. Perusahaan tersebut mungkin tidak akan kesulitan membayar bunga tersebut, karena memang mendapatkan tambahan keuntungan berkat mesin baru yang dibeli dengan hutang tersebut.

      Kita lihat dari ilustrasi di atas, jika memang hutang tersebut digunakan dengan produktif, maka diharapkan adanya ‘tambahan pendapatan’ bisa dipakai utk membayar hutang tersebut dan juga bunganya…

      Nah, permasalahannya baru timbul jika hutang tersebut ternyata tidak digunakan dengan produktif….Misalkan saja, bukannya berhutang utk membeli mesin, perusahaan tersebut malah berhutang untuk membeli mobil dan rumah baru bagi direkturnya misalnya…. Skenario lainnya, perusahaan tersebut saat ini saja sulit untuk menjual produknya…sehingga perlu dipertanyakan utk apa membeli mesin baru, karena hanya akan menambah barang yg tidak bisa dijual, dan mesin pun akan menganggur… Pendapatan tidak bertambah, malah pengeluaran yang bertambah (utk bayar bunga hutang)….

      Jadi pertanyaan yang perlu dipertanyakan, pada akhirnya lebih kepada apakah hutang tersebut, sudah dipakai dengan produktif….. Ini yang akan mengundang perdebatan (dan mungkin komentar skeptis bahkan sinis dari banyak orang :) ).

  • bung edison, anda kan pernah lihat angka2 APBN ? penerimaan terbesar pemerintah dari pajak, kalau ekonomi tumbuh pendapatan pemerintah tumbuh, darimana lagi pendapatan yang tumbuh kalau bukan pajak ? untuk tumbuh perlu stimulus berupa hutang, sukuk/ori atau luar negeri yang dibayar memalui pajak.
    oke bung edison berasumsi hutang dan pajak yang diterima dipake sesuatu yang produktif. Asumsi itu bisa benar bisa pula salah, pengeluaran terbesar pertama pemerintah adalah pengeluaran rutin (gaji pns dan tni polri serta dewan yang terhormat) ini jelas tidak produktif. pengeluaran kedua terbesar adalah cicilan hutang poko dan bunga, juga tidak produktif.
    bung edison berharap pemerintah kayak perusahaan, maaf pengeluaran pemerintah tidak akan ditujukan untuk laba lho tapi defisit itu pasti.
    kalau bung edison mau lebih tajam mengulasnya maka menyuruh berinvestasi dalam reksadana yang unit penyertaannya ori sukuk dll adalah investasi yang akan dibayar bunga kupon dan pokoknya oleh anak kita, cucu kita dan tetangga kita yang tidak tahu menahu kalau itu karena kita telah berinvestasi, walah.

    • Quote: “oke bung edison berasumsi hutang dan pajak yang diterima dipake sesuatu yang produktif”

      Saya tidak berasumsi spt itu loh… :) yg saya katakan adalah ‘IDEAL-nya, ketika pemerintah ‘berhutang‘ (dengan cara menerbitkan…..,‘.

      Tentu saja saya juga menyadari bahwa kondisi di lapangan justru lebih banyak ‘tidak ideal’-nya. Orang-orang yang mengenal saya di kehidupan sehari-hari mungkin bosan mendengar keluh-kesah saya tentang buruknya pengelolaan negara ini (kompensasi anggota DPR yg tidak sesuai dengan kinerja mereka, masih maraknya korupsi, dll) Tetapi saya memang tidak menuliskan hal-hal spt itu karena materi seperti itu bukanlah objek pembahasan blog ini :)

      Lalu mungkin di sini akan muncul pertanyaan, jika Edison merasa pengelolaan negara ini banyak ‘tidak ideal’-nya (dgn kata lain : buruk), mengapa saya mau invest di obligasi negara ini (alias memberi hutang kepada negara)? Kalau negara RI ini adalah suatu perusahaan, dan perusahaan itu dikelolanya jelek, seharusnya sebagai investor, Edison tidak mau dong membeli obligasi perusahaan itu?

      Jawaban dari pertanyaan itu sendiri lebih dari satu.

      Dari segi Investasi, saya sendiri memang ingin memasukkan obligasi di dalam portofolio saya. mengingat investasi saham saya adalah dalam bentuk dollar, saya perlu ‘penyeimbang’ dan obligasi rupiah menjadi pilihan saya. Oleh sebab itu, ORI dan SUKUK pun jadi pilihan….

      Dari segi logika, jika saya sudah tidak percaya kepada masa depan Indonesia, seharusnya saya tidak perlu lagi tinggal dan mencari makan di Indonesia :) Saya sendiri melihat, bahwa meskipun dengan berbagai ‘cacat’nya, perlahan-lahan (meskipun sangat perlahan, persis kemacetan di Jakarta), kita mulai bergerak ke arah yang benar. Kebebasan pers misalnya, menurut saya sudah ada perbaikan dibandingkan dengan jaman orde baru dulu..

      Butuh waktu untuk memperbaiki sesuatu yang telah ‘rusak’ begitu lama… Dalam perspektif, kita lihat bahkan negara yang sudah ‘maju’ (dalam tanda kutip) seperti Amerika pun masih bisa melakukan kesalahan dalam pengelolaan hutangnya.

      • Jadi inget kalo baca EOWI :D

      • Tepat sekali apa yg diceritakan oleh pak Edison ini..

        koq kesan yg saya tangkap dari username defrag sangat pesimistis sekali :D

        terus terang saya sangat percaya tim ekonomi kabinet SBY amat sangat cakap dalam mengelola hutang Indonesia,lagi pula kan SR001 ini ada underlaying assetnya..

  • bro nikken
    kenapa harga sukuk ritel ( SR 001 ) belum tercantum seperti harga ORI di blog ini?

  • Saya sudah beli sukuk di bank mandiri, tapi kok tidak / belum mendapat bukti kepemilikan sukuk, apakah memang begitu ???

    Bung Edi, kalau kita mau jual sukuk di pasar sekunder, apakah harus di tempat kita beli ?

    • alinaprimasari

      Saya juga membeli di Mandiri. Pagi ini saya baru saja ditelpon oleh CS yang melayani saya dalam pembelian Sukuk Ritel kemarin. Dia mengatakan jika konfirmasi bukti kepemilikan Sukuk Ritel sudah bisa saya ambil per hari ini. Jadi mas Kurniawan sabar saja, nanti juga ditelpon kok, atau jangan-jangan sudah dihubungi pihak Mandiri. :-)

      • Baru telpon ke mandiri, katanya hari ini sudah bisa diambil … lega juga sih… maklum newbie …

    • kayanya bukti ini emang belum dikasih ya?…. banyak yang nanyain. ato jangan2 ga ada?..

      • Kebetulan saya juga beli di Mandiri, dan sudah di hubungi sejak tanggal 27 Februari , tapi saya baru bisa ambil hari ini.Konfirmasi kepemilikan hanya selembar kertas saja (kesannya seperti tidak berharga he..he )

    • alinaprimasari

      Barusan ambil bukti kepeilikan. Bukti kepemilikan berupa surat dari KSEI yang berisi Data diri pembeli, jumlah Sukuk Ritel yang dibeli, nomor sub rekening kita di KSEI, dan beberapa keterangan tambahan.

      Sekedar info tambahan, mungkin tidak semua akan mendapat surat seperti ini, karena tidak semua data kepemilikan Sukuk Ritel tersimpan di KSEI. Bagi yang tersimpan di KSEI, nantinya bisa melakukan pengecekan kepemilikan Sukuk Ritel sendiri secara online di internet melalui fasilitas “Investor Area”.

      Untuk saat ini fasilitas ini belum dilaunching, jika sudah Investor tinggal minta akses ke agen penjual tempat membeli Sukuk atau ke Pemegang Rekening (ada di surat konfirmasi kepemilikan). Sekali lagi hanya bisa diakses jika memiliki nomor sub rekening di KSEI.

      • Bagaimana kalo yang tidak ada datanya di KSEI? Gimana bisa ngeceknya? Apa cukup dengan pembayaran kupon perbulannya?

  • Iya, lebih keren lembar konfirmasi deposito daripada SUKUK – nggak ada materai, nggak ada tanda tangan, nggak ada stempel, di bagian bawahnya cuma tertulis: konfirmasi ini dihasilkan oleh sistem dan tidak dibutuhkan tanda tangan. Apa memang begitu ya?

    • Kayaknya emang bgitu.punyaku jg kyk gitu doang.tp yg penting kan sah ya?oh ya jika kita jual tuh sukuk yg atas nama kita.kira2 cpt kejual ga ya?soalnya kebanyakkan org kan udh pd beli akibat brp saja permintaan sukuk diterima aja ya ama pemerintah.trus bgm proses penjualannya?apa ada balik nama surat yg dr KSEI itu?apa ada biaya balik nama kyk jual beli mobil gitu?

      • alinaprimasari

        Jika ingin dijual, cepat atau tidak prosesnya bergantung ada atau tidaknya pihak yang akan membeli. Proses penjualannya simple aja kok, datangi agen tempat Anda membeli, nanti agen tersebut yang akan menjual ke pasar (bursa), kita tinggal tunggu saja harga di pasar berapa. Klo harga sudah OK dan ada pembeli proses akan terjadi.

        Anda akan menerima hasil penjualan ke rekening Anda, tentunya setelah dipotong biaya transaksi. Di KSEI tidak ada proses balik nama, rekening Anda tetap ada di KSEI tapi isinya sudah kosong, jika suatu saat Anda ingin membeli efek (Sukuk Ritel, ORI dsb) kembali rekening tersebut bisa digunakan, tinggal memberitahu ke Agen bahwa Anda telah mempunyai rekening di KSEI.

        Bagi yang membeli sukuk Anda, akan dibuatkan rekening di KSEI jika belum memiliki.

  • Setidaknya Penerbitan surat Hutang Sukuk jauh lebih baik drpd Pemerintah harus pinjam/Hutang dr IMF/CGI dll. Karena Obligasi Syariah (Sukuk) tersebut , pajaknya akan jatuh dan di gunakan di Indonesia. Coba tengok saat jaman orde baru, Berapa Trilliun Pemerintah RI hutang ke CGI/IMF, ADB dll. Hutang + Bunga seluruhnya harus di setor ke negara donor. Proyek2 pemerintah dibangun tdk maksimal, karena hampir separuhnya dana tsb di korupsi. Dan sampai sekarang anak cucu kita harus membayar hutang yg di wariskan oleh Pemerintahan Orde Baru. Mudah2an uang dr Hasil penjualan sukuk bisa di gunakan secara maksimal dan jujur utk mengerjakan proyek2 pemerintah/menutup defisit anggaran thn 2009 , sehingga kelak tidak membebani anak cucu kita.(Amiiin).

  • kok dah sebulan gak ada uang 50ribu masuk ke rekeningku ya? dah pada dapet pembayaran kupon?

    • alinaprimasari

      mbak pembelian melalui agen apa? sudah diprintout buku tabungan yang dijadikan tempat embayaran kupon? Seharusnya kupon sudah masuk, saya sudah terima pembayaran kupon pas sesuai tanggalnya 25. Mungkin bisa ditanyakan ke agen penjual

    • alinaprimasari

      Oh iya satu lagi, jika mbak ina mengharapkan 50rb masuk berarti mbak Ina pembelian sebesar Rp 5 juta ya. Klo gt kupon yang akan diterima sekitar Rp 42,500 tiap tanggal 25, coba cek tanggal 25 ada dana masuk sejumlah itu tidak

  • nanya dong

    1. kalau beli sukuk di pasar sekunder, apa saya tetap harus bayar biaya kustodi nya?

    2. kalau saya jual sukuk saya sebelum jatuh tempo, harga surat sukuk itu sendiri bisa naik/turun, betul kan? tapi kalau saya tunggu sampai jatuh tempo, apakah bisa naik/turun juga?

    • alinaprimasari

      Momo…

      1. Yup harus tetep bayar biya kustodian (biaya penyimpanan efek) jika tempat kita membeli mengenakan fee ini (ada yang tidak)

      2. Yup jika dijual sebelum jatuh tempo harganya bisa naik atau turun. Jika ditunggu hingga jatuh tempo nilainya akan ke 100, bisa naik atau turun tergantung harga pembelian di pasar sekunder.

      Misal ketika beli 106, hold hingga jatuh tempo harganya 100 (harga turun). Atau ketika beli 98, hold hingga jatuh tempo harganya 100 (harga naik)

      • ok jadi intinya pada jatuh tempo harganya akan kembali ke 100 yah.. ok deh saya mengerti sekarang, makasih alina..

  • Kupon sukuk ritel 002 blom kluar yah brapa besarannya?


Leave a Reply